JAKARTA, KOMPAS.TV - Hari Sukarelawan Internasional diperingati pada tanggal 5 Desember setiap tahun.
Peringatan ini dibuat oleh Sukarelawan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations Volunteers (UNV).
Melansir dari situs UNV, tema Hari Sukarelawan Internasional tahun 2022 ini ialah solidarity through volunteering (solidaritas melalui kesukarelawanan).
Kegiatan sukarelawan, menurut UNV, berasal dari semangat solidaritas dan mengasihi sesama.
UNV menyebut, kehadiran sukarelawan dibutuhkan sebagai mitra tak resmi pemerintah dalam menjawab tantangan-tantangan mendesak yang muncul sebagai dampak dari pembangunan.
Sukarelawan bekerja dalam berbagai bidang, termasuk bidang sosial, lingkungan, dan politik.
Saat terjadi bencana alam, banyak sukarelawan yang bekerja untuk menyalurkan bantuan, bahkan mencari korban yang hilang.
Pada perisitwa gempa Cianjur di Jawa Barat misalnya, sukarelawan membantu masyarakat mendirikan tenda, memasak makanan, menghimpun donasi, dan sebagainya untuk para korban terdampak.
Baca Juga: Berikan Penghiburan, Sukarelawan & Polisi Wanita Bermain bersama Anak-anak Korban Gempa Cianjur
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, tak banyak orang Indonesia mengerti tentang Hari Sukarelawan Internasional.
Survei terhadap 508 responden dari 34 provinsi di Indonesia itu menunjukkan hanya 2 dari 10 responden yang mengetahui 5 Desember diperingati sebagai Hari Sukarelawan Internasional.
Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sukarelawan di Indonesia juga tergolong rendah.
Survei Litbang Kompas pada 22-24 November 2022 itu menunjukkan hanya 3 dari 10 responden yang mengaku memiliki anggota keluarga, teman, kerabat, atau kenalan yang bekerja sebagai sukarelawan, baik itu di bidang sosial-kemanusiaan, kebersihan-lingkungan, maupun sukarelawan politik yang mendukung partai atau tokoh tertentu.
Selain itu, citra sukarelawan juga berbeda dari setiap bidang. Sukarelawan bidang politik mendapatkan penilaian "buruk" tertinggi dibandingkan dengan sukarelawan bidang sosial-kemanusiaan dan sukarelawan bidang lingkungan.
Mayoritas responden (91,6 persen) menyebut citra sukarelawan sosial-kemanusiaan baik. Begitu juga sukarelawan di bidang lingkungan-kebersihan yang dianggap 89,4 persen responden memiliki citra baik.
Namun, tidak demikian halnya dengan citra sukarelawan politik pendukung partai atau tokoh tertentu. Publik terbelah menyikapi sukarelawan politik.
Sebanyak 41,3 persen menyatakan citra sukarelawan politik baik. Sementara 39,7 persen menyatakan citra sukarelawan politik adalah buruk.
Baca Juga: Acara Relawan Nusantara Bersatu Dinilai Cipta Kondisi untuk Dorong Ganjar Jadi Capres 2024
Di sisi lain, responden yang berminat menjadi sukarelawan terbanyak memilih menjadi sukarelawan sosial-kemanusiaan (37,2 persen).
Hanya 9,1 persen yang berminat menjadi sukarelawan kebersihan-lingkungan dan 7,3 persen yang berminat menjadi sukarelawan politik.
Meski minat menjadi sukarelawan tergolong rendah, publik meyakini pada tahun-tahun politik menjelang Pemilu 2024 akan banyak orang yang menjadi sukarelawan politik.
Fenomena ini didasari meningkatnya intensitas sukarelawan pendukung capres atau pemerintah yang berkumpul unjuk kekuatan di berbagai daerah.
Hasil survei Litbang Kompas selengkapnya dapat diakses melalui pranala berikut ini.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV/Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.