Kendati demikian, ia berpegang pada upaya bersama untuk memajukan penelitian dan memperluas narasi melalui praktik artistik.
“Program eksploratif seperti rangkaian kuliah dan lokakarya ini dapat membuka dialog tentang misi Mars, dan saya berharap dapat bertukar pikiran dengan para peserta,” ucapnya.
Direktur Korea Foundation Jakarta Choi Hyun Soo berupaya mengembangkan program-program yang membangkitkan pemikiran dan relevan yang dapat membantu memajukan diskusi tentang kehidupan masa depan.
“Saya menantikan untuk bergabung dalam diskusi dan melihat hasil dari rangkaian kuliah dan lokakarya yang melibatkan seni, ruang, dan kemanusiaan ini,” kata Choi Hyun Soo.
Baca Juga: Bakal Jadi Simbol Indonesia dalam Eksplorasi Planet Mars, VMARS Dibangun di Yogyakarta Akhir 2022
Selain Venzha Christ, kuliah umum ini juga menghadirkan seniman Korea Ayoung Kim. Dalam karyanya At the Surisol Underwater Lab (dikomisi oleh Busan Biennale 2020), ia membuat simulasi masa depan, kira-kira satu dekade setelah pandemi Covid-19 pada 2020.
Kim membayangkan situasi sumber energi utama dunia telah beralih ke ganggang yang difermentasi untuk menghasilkan bahan bakar. Bahan bakar ramah lingkungan ini diproduksi di kota Busan, Korea, yang dikenal sebagai “kota biomassa”.
Pada kenyataannya, Busan sudah dikenal dengan produksi rumput lautnya sejak abad ke-19. Karya ini dilanjutkan dengan The Underwater Response (2021), dan tur di Surisol Underwater Lab pada 2022.
Pada tahun yang sama, Kim membayangkan Seoul yang futuristik dengan alam semesta alternatif dalam karya berjudul Delivery Dancer's Sphere. Tokoh dalam karya ini yang bernama Ernst Mo (anagram dari 'monster') terinspirasi oleh lonjakan jumlah kurir sebagai efek samping dari pandemi global.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.