JAKARTA, KOMPAS.TV - Maarif Institute meluncurkan tiga buku tentang pikiran almarhum Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii, Ketua PP Muhammadiyah periode 1998-2005, di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Ketiga buku tersebut berjudul "Bulir- Bulir Refleksi Sang Mujahid" (Kompas, 2022), "Indonesia Jelang Satu Abad, Refleksi tentang Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan" (Mizan, 2022), dan "Al-Quran Untuk Tuhan Atau Untuk Manusia?" (Suara Muhammadiyah, 2022).
Ketua Umum Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) Ade Armando menilai karya dari Buya Syafii patut untuk dijadikan bahan refleksi.
Menurutnya buku yang memuat isu isu keislaman, kebangsaan, kemanusiaan dan juga memberi gambaran pengalaman bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa penting dalam rangka mensosialisasikan dan melanjutkan pemikiran Buya Syafii dalam konteks Keindonesiaan.
Baca Juga: Belajar Kesederhanaan dari Sang Guru Bangsa, Buya Syafii Maarif - ROSI
"Semoga buku ini bisa menyebarkan pemikiran Islam yang inklusif, toleran, moderat serta berpihak pada kemanusiaan, kenegaraan serta Keindonesiaan, utamanya di kalangan anak-anak muda millenial," ujar Ade saat diskusi.
Ade juga mendukung upaya Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Sijunjung untuk mengusulkan Buya Syafii Maarif untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah.
Menurut Ade semasa hidup Buya Syafii banyak memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan dan kemajuan bangsa.
Tak hanya itu dosen Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Indonesia ini menilai Buya Syafii bukan hanya dikenal sebagai tokoh nasional, tapi berskala global.
Baca Juga: Saat Buya Syafii Maarif Buka Media Sosial & Membaca Semua Hujatan Padanya - ROSI
"Beliau memang layak diusulkan sebagai pahlawan nasional karena semasa hidupnya banyak memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan dan kemajuan bangsa," ujar Ade saat diskusi.
Pembicara lainnya dosen Universitas Paramadina Putut Wijanarko dan wartawan senior Kompas Budiman Tanuredjo menilai dalam banyak tulisannya, Buya Syafii selalu mengumandangkan moralitas dan keadaban publik.
Menurut Budiman, yang paling menyita perhatian Buya Syafii adalah tingkah pongah para elit yang "tuna visi dan misi".
Para politisi hanya mengedepankan kepentingan pragmatis, sembari dalam waktu yang bersamaan, abai terhadap hak-hak hidup masyarakat.
Apalagi yang paling membuat geram tatkala sekelompok elit itu menggunakan isu-isu SARA demi memenuhi keinginan politik.
"Buku karya ini bisa menjadi energi baru dalam upaya melembagakan gagasan dan cita-cita sosial Buya Syafii, baik di ranah Keislaman, kenegaraan, yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan dan Kebhinnekaan yang dapat diwariskan kepada anak-anak bangsa," ujar Putu.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Rohim Ghazali menyatakan sangat mengapresiasi pemikiran kritis almarhum Buya Syafii.
Mulai dari isu-isu Keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, Kebhinekaan, dan keadilan sosial. Hal ini yang membuat Maarif Institute mengumpulkan semua tulisan Buya Syafii yang tercecer di media.
Baca Juga: Bagaimana Menangkap Nasihat Buya Syafii Maarif Soal Politik Identitas? - ROSI
Kini, sambung Rohim, pemikiran-pemikiran Buya Syafii sudah bisa dibaca secara utuh karena sudah diterbitkan dalam bentuk buku.
Produktivitas pemikiran-pemikiran Buya Syafii sangat diperlukan untuk memperkaya khazanah pemikiran Islam Indonesia.
"Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada penerbit, Kompas, Mizan dan Suara Muhammadiyah, yang dengan tulus menerbitkan kumpulan karya tulis Buya Syafii, sehingga kini sudah bisa dinikmati oleh anak anak bangsa," ujar Rohim.
"Penerbitan ini, tentu merupakan usaha keras untuk merekam riwayat intelektualisme Buya Syafii yang selama ini berkembang di ruang publik. Kami berharap kehadiran ketiga buku ini dapat memberikan sumbangan dalam memperkaya khazanah Islam Indonesia," imbuhnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.