JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat penerbangan, Alvin Lee, menjelaskan analisisnya mengenai insiden pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-330 yang melakukan return to base akibat mesin terbakar.
Alvin mengatakan, sebetulnya masalah itu sudah mulai terdeteksi usai 1-2 menit setelah pesawat lepas landas.
Pilot pun mengendalikan pesawat di ketinggian jelajah 3.000 kaki atau 1.000 meter di atas permukaan laut.
Baca Juga: Kesaksian Penumpang Lion Air Saat Mesin Terbakar di Atas 3.000 Kaki: Tegang, Banyak yang Nangis
“Dan pesawat menjauh ke arah laut agar ketika terjadi pendaratan darurat tidak di darat, yang mana di laut pada umumnya lebih aman,” jelas Alvin dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Kamis (27/10/2022).
Menurut Alvin, apa yang dilakukan pilot dengan kembali ke bandara awal, yakni Bandara Soekarno Hatta, sudah tepat. Pasalnya, saat itu mesin sudah terbakar.
Alvin meyakini bahwa pilot mematikan mesin tersebut dan menghentikan pasokan bahan bakar ke mesin yang terbakar guna mencegah kerusakan lebih parah.
“Pesawat memang harus mendarat di bandara terdekat, tapi tetap melakukan prosedur-prosedur untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan ketika mendarat darurat,” jelasnya.
Prosedur yang dilakukan pilot, di antaranya mengendalikan pesawat, memperhitungkan bobot pesawat ketika akan mendarat tidak melampaui maximum landing weight, juga memberikan waktu untuk awak di darat mempersiapkan bantuan seperti pemadam kebakaran, ambulans, dan sebagainya.
Baca Juga: Detik-Detik Mencekam yang Diungkapkan Penumpang Pesawat Lion Air JT-330 yang Terbakar
Dalam analisisnya, Alvin juga mengecek riwayat penerbangan pesawat itu dalam satu pekan terakhir.
Pada 24 Oktober 2022, pesawat melakukan enam kali penerbangan dengan total jam terbang selama 8 jam 11 menit.
Kemudian 25 Oktober tidak melakukan penerbangan.
Lalu, pada 26 Oktober sudah melakukan tiga penerbangan, dari Makassar ke Soetta, Soetta ke Tanjung Pandan, kemudian kembali ke Soetta.
“Sebetulnya pesawat ini dalam kondisi laik operasi. Kalau tidak laik operasi, penerbangan pertama pasti sudah bermasalah,” ungkap Alvin.
Terkait kemungkinan penyebab mesin terbakar, Alvin menduga adanya foreign object debris (FOD).
“Tapi kita tidak boleh menutup telinga adanya FOD, foreign object debris, yaitu serpihan atau benda asing yang ada di landasan pacu yang belum terdeteksi oleh petugas yang membersihkan, itu bisa masuk,” papar Alvin.
Baca Juga: Kata Lion Air Soal Mesin Terbakar: Pada Ketinggian 3.000 Kaki, Pilot Merasa Kinerja Mesin Tak Sesuai
Alvin menilai, kerusakan yang terjadi pada mesin pesawat cukup serius karena foto mesin yang beredar, terlihat sirip dalam mesin rontok.
“Ini bukan sesuatu yang lazim dan seharusnya tidak terjadi. Yang jelas, sirip di dalam mesin rontok semua, kerusakan yang sangat serius,” pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.