"Nah itu dropnya setelah dikabarkan bahwa kondisinya sudah membaik, dipindahkan ke ruang rawat inap biasa," jelasnya.
"Namun, saat itu tiba-tiba hemoglobinnya turun dan disarakan untuk transfusi darah," lanjut dia.
Yanti menyaksikan kondisi kesehatan bayinya yang tiba-tiba sudah sangat menurun kala itu.
"Setelah transfusi darah itu tiba-tiba kondisinya drop. Besoknya langsung meninggal," katanya sambil terisak.
Baca Juga: Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak, Orang Tua Perlu Waspada jika Warna dan Volume Air Seni Berubah
Ia mengaku menyayangkan tidak adanya alat bantu cuci darah untuk bayi, sehingga nyawa putrinya pun tak tertolong.
"Sebetulnya sudah baik kondisinya, cuma memang disayangkannya pada saat itu tidak ada alat untuk cuci darah, karena menurut info dokter, itu alatnya hanya untuk umur tiga tahun ke atas," ungkapnya.
"Jadi anak saya yang umur setahun itu enggak bisa cuci darah seperti orang biasa cuci darah," imbuhnya.
Tak kuasa menahan air mata, sambil terisak Yanti mengaku ia dan keluarga sangat syok atas kepergian bayinya.
"Kami sangat syok, kami semua, karena memang awalnya anak saya sangat sehat, jarang sekali dia sakit," ujarnya.
"Tiba-tiba sakitnya malah ditinggal seperti ini kan kami juga sedih ya. Syok lah," tuturnya sambil menitikkan air mata.
Ia masih tak percaya putri kecilnya meregang nyawa begitu cepat, tak sampai dua minggu.
"Enggak sampai dua minggu itu, ya kurang lebih dua mingguan," kenangnya.
Ia pun berharap agar pemerintah bertindak cepat dalam menanggapi kasus gagal ginjal akut pada anak.
"Harapannya pemerintah cepat tanggap, maksudnya untuk kondisi anak-anaknya sudah sangat memprihatinkan menurut saya, ini sangat banyak," ujarnya.
Baca Juga: BPOM Hapus Termorex dari Daftar Obat Sirop Mengandung Senyawa Tercemar, Ini Alasannya!
Pemerintah, kata dia, juga perlu melengkapi alat kesehatan di rumah sakit agar pengobatan gagal ginjal anak dapat dilakukan secara optimal.
"Mungkin pemerintah harus bisa memfasilitasi, kayak anak saya ini kan enggak bisa cuci darah dengan mesin, jadi kalau bisa pemerintah memberikan fasilitas yang cukup efektif lah untuk pengobatan anak yang sudah terjangkit ini," terangnya.
Ia juga memohon agar pemerintah mencari penyebab penyakit gagal ginjal akut pada anak yang banyak terjadi akhir-akhir ini.
"Kalau memang ada oknum-oknum yang harus bertanggung jawab, mohon diitindak tegas oleh pemerintah," tegasnya.
Kini, Yanti mengaku ia dan suami hanya dapat saling menguatkan atas kesedihan yang mereka alami.
"Ini berat, masih belum bisa untuk (menerima), ya kami saling support (dukung) satu sama lain saja," pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.