"Saya masih sempat mengingat banyak orang di tribun saya. Saat ini penuh sesak, di tengah-tengah dirangkul teman dan saya sudah nggak sadar lagi waktu itu. Saya baru tersadar sekitar pukul 04.00 WIB di RSUD Kanjuruhan. Kemudian baru bisa menghubungi orang tua pukul 06.00 WIB," jelasnya.
Setelah mendapat perawatan di rumah sakit, Saguwanto kemudian dipersilakan untuk pulang ke rumah pada hari Minggu (2/10/2022).
"Katanya jantung saya sudah baik, jadi disuruh pulang," kenangnya.
Baca Juga: Jadi Tersangka, Pemberi Komando Gas Air Mata di Kanjuruhan Terkuak
Lebih lanjut, Saguwanto menyebut belum ada pihak berwenang yang datang ke rumahnya.
Belum ada bantuan yang dia terima untuk untuk membantu penyembuhan kondisi fisiknya, pun pemulihan kondisi traumatisnya.
Padahal saat ini, kondisinya belum pulih sepenuhnya dan masih sering merasakan sesak di dada. Dengan kondisinya itu, Saguwanto saat ini justru menjadi beban tambahan kesulitan ekonomi keluarganya.
Saguwanto yang baru lulus SMK jurusan teknik sepeda motor belum bekerja, dan tidak bisa mencari penghasilan tambahan karena kondisinya saat ini.
Penghasilan ayah Saguwanto sebagai buruh tani juga tidak cukup untuk membiayai biaya perawatannya. Apalagi, Saguwanto juga mempunyai adik yang berusia 9 tahun.
Keluarga Saguwanto pun harus berutang sebesar Rp750 ribu demi membayar biaya infus untuk perawatannya.
"Saya nggak tahu itu soal bantuan-bantuan, belum ada (yang datang), saya juga masih trauma, kadang-kadang masih teringat (kejadian Tragedi Kanjuruhan)," lanjut Saguwanto.
“Yang saya rasakan, bagian kaki ini masih sakit dan dada juga. Sesekali jika dibuat napas agak sesak dan sakit,” tuturnya.
"Belum bisa kalau melihat seperti ke arah sinar matahari, masih silau begitu," ujar Saguwanto saat menjelaskan kondisi matanya.
Baca Juga: Polisi Belum Tahan 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan Malang, Apa Alasannya?
Sumber : Surya Malang
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.