JAKARTA, KOMPAS.TV - Komnas HAM mengungkapkan hasil penelusuran awal terkait insiden kerusuhan yang terjadi di Satdion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pascapertandingan Arema melawan Persebaya, Sabtu (1/10/2022) lalu.
Dari hasil penelusurannya yang terjun langsung ke lapangan, Komnas HAM menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di Kanjuruhan tidak ditimbulkan karena suporter yang masuk ke lapangan.
Baca Juga: Tragedi Kelam di Stadion Kanjuruhan - LAPORAN KHUSUS
Diketahui, memang ada dua orang suporter Arema FC yang turun dari tribun penonton tepatnya yang berada di bawah papan skor setelah pertandingan derby Jawa Timur itu usai.
Lalu, aksi tersebut diikuti oleh suporter Arema FC lainnya yang dari tribun berbeda. Dari yang awalnya hanya dua orang, menjadi ratusan yang turun ke lapangan.
Aksi suporter turun ke lapangan inilah yang ditengarai jadi alasan bagi aparat keamanan untuk meningkatkan tahapan penanganan.
Dari yang semula hanya mengamankan beberapa suporter yang masuk ke lapangan, sampai kemudian menembakkan gas air mata.
Baca Juga: Mengenang Peristiwa Kematian 328 Suporter di Peru, Punya Kemiripan dengan Tragedi Kanjuruhan
Namun demikian, Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan Choirul Anam membantah hal tersebut.
Ia menegaskan bahwa ketika para suporter masuk ke dalam lapangan, situasinya ketika itu tidak langsung rusuh.
“Kalau ada yang bilang eskalasi penanganan itu timbul karena suporter merangsek masuk ke dalam lapangan, sampai sore (5/10), kami mendapat informasi tidak begitu kejadiannya,” kata Anam dikutip dari Kompas.com pada Kamis (6/10/2022).
Anam menyatakan demikian berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pihaknya kepada saksi mata yakni suporter yang turun ke lapangan dan para pemain Arema FC.
Baca Juga: Komnas HAM Ungkap Ternyata Hanya Ada 2 Pintu yang Terbuka Saat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Berdasarkan hasil pemeriksaannya itu, tidak ada niat sama sekali dari pihak suporter untuk membuat suasana di Kanjuruhan pasca pertandingan menjadi rusuh, meski Arema FC menelan kekalahan.
Sebaliknya, lanjut Anam, suporter yang turun ke lapangan itu hanya ingin memberikan semangat kepada para pemain Arema FC.
Hal tersebut, kata Anam, dibuktikan oleh para pemain Arema FC yang tidak mengalami luka sedikit pun, atau perlakuan tidak mengenakkan dari suporter.
“Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang, itu suasana masih terkendali walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan,” ujar Anam.
Baca Juga: Komnas HAM Sebut Ada Indikasi Pelanggaran HAM dalam Tragedi Kanjuruhan di Malang
Temuan Komnas HAM tersebut membantah klaim aparat keamanan yang sebelumnya menyebut bahwa aksi suporter masuk ke lapangan untuk menyerang para pemain sebagai bentuk melampiaskan kekalahan dari Persebaya.
“Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain ini bilang tidak ada kekerasan terhadap mereka," tutur Anam.
“Para pemain (Arema FC) tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami."
Dengan demikian, Anam berharap hasil temuan awal Komnas HAM tersebut bisa menjadi gambaran bagi para korban dan masyarakat yang penasaran dengan peristiwa yang terjadi sebenarnya.
Baca Juga: Komnas HAM Ungkap Kondisi Jenazah Korban Tragedi Kanjuruhan: Wajah Berwarna Biru dan Mulut Berbusa!
Lebih lanjut, Anam justru mempertanyakan dalih aparat keamanan yang malah menembakkan gas air mata ke tribun penonton di Stadion Kanjuruhan.
Menurutnya, seharusnya aparat tidak perlu menembakkan gas air mata ke arah tribun yang pada akhirnya hanya membuat panik para suporter. Lebih-lebih dalam jangka waktu 15 sampai 20 menit usai laga, kondisi masih kondusif.
“Pertanyaannya sekarang, kalau dalam 15 sampai 20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik?" kata Anam.
Baca Juga: Soal Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, KSAD Sebut Banyak Anggota TNI Selamatkan Suporter
"Harusnya kalau tata kelola keamanan baik, tidak akan terjadi peristiwa memilukan seperti ini."
Anam pun menambahkan peristiwa yang terjadi di Kanjuruhan perlu diluruskan, agar tidak ada lagi pihak yang mengatakan bahwa kerusuhan itu terjadi karena ulah suporter masuk ke dalam lapangan.
“Jadi ini penting yang untuk meluruskan. Jangan sampai ada lagi yang bilang bahwa tindakan itu gara-gara suporter merangsek ke lapangan dan mengancam pemain, tidak begitu," kata Anam.
Baca Juga: Polisi Analisis Rekaman CCTV sekitar Titik yang Banyak Makan Korban di Stadion Kanjuruhan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.