Polisi juga mengarahkan tembakan gas air mata ke Tribun 14. Doni pun langsung bergegas keluar dengan memegangi anaknya yang masih berusia 10 tahun.
"Anak saya di depan saya, saya tidak melihat pintu itu buka atau tutup. Tapi kalau secara logika, jika pintu itu terbuka, berdesakan itu akan cepat keluar," katanya.
Baca Juga: Bek Asing Arema Kisahkan Detik-Detik Horor Tragedi Kanjuruhan: Koridor Penuh Darah dan Sepatu Orang
Gas air mata membuat kerumunan berebut keluar tribun. Berdesakan, dengan penonton lain, Doni sempat tertahan dan tak bisa keluar. Untungnya, ia akhirnya bisa keluar stadion dengan selamat bersama anaknya.
"Tidak lama berselang, anak saudara saya yang meninggal dunia itu keluar. Saya menanyakan di mana ayah dan mamanya. Kemudian saya menitipkan anak saya dan anak saudara saya itu dan berusaha mencari," kata Doni.
Ketika hendak mencari dua keluarganya itu, Doni melihat seorang perempuan yang dibopong sejumlah orang. Perempuan itu adalah Devi Ratna Sari, kakak ipar Doni.
Tak lama berselang, Doni pun menyaksikan M. Yulianton dibopong sekelompok penonton lain.
"Teman saya mencari tim medis. Anak-anak saya pulangkan dengan rekan lainnya. Saat saya kembali, keduanya sudah dinyatakan tidak ada," kata Doni.
Per Selasa (4/10), korban jiwa akibat Tragedi Kanjuruhan tercatat mencapai 131 orang. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan terdapat enam korban yang langsung dimakamkan sehingga tak tercatat oleh pihak rumah sakit.
Pemerintah sendiri telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut Tragedi Kanjuruhan. Menko Polhukam Mahfud MD menyebut tim ini akan menggelar penyelidikan antara dua minggu hingga sebulan.
Baca Juga: Kisah Ibu Kehilangan Balita Usia 3,5 Tahun di Tragedi Kanjuruhan, Terpisah di Pintu Keluar Stadion
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.