Baca Juga: Cerita Saksi Kericuhan di Kanjuruhan, Teriakan Minta Tolong di Mana-Mana, Gas Air Mata Bikin Panik
Ia masuk stadion beberapa menit sebelum pertandingan bubaran. Seusai pertandingan, situasi memanas dan terjadi kekacauan besar di dalam stadion.
Mukid menyebut sebagian suporter menyerbu ke lapangan. Polisi membalasnya dengan tembakan gas air mata.
"Tebal sekali (gas air mata). Mata saya perih, saya juga tidak pakai masker," kata Mukid.
Mukid mencari-cari sahabatnya, menerobos kerumunan suporter, tetapi ia tak kunjung menemukan Faiq.
Sekira pukul 23.30 WIB, Mukid ditelepon sesama suporter dari Jember, mengabari keberadaan Faiq.
"Faiq ada di sebuah gedung. Masih di kawasan stadion. Dia sudah ditutupi kain. Sudah meninggal," kata Mukid, lirih.
Dari empat orang rombongan Mukid asal Jember, selain Faiq, seorang suporter lain, Noval Putra Aulia juga meninggal dunia.
“Dua orang meninggal. Yang dua, saya tidak tahu kondisinya," kata Mukid.
Sebagai pertanggungjawaban, Mukid merasa perlu menemani Faqi setelah memboncengkannya ke Kanjuruhan. Ia mengantar Faiq pulang dengan mobil ambulans. Sahabatnya diantar pulang tanpa nyawa.
Pada Senin (3/10/2022), pemerintah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut Tragedi Kanjuruhan. Tim ini diketuai oleh Menko Polhukam Mahfud MD.
“Tim ini bekerja dalam waktu dua minggu sampai paling lama satu bulan, dan hasil investigasi dari tim beserta rekomendasinya disampaikan kepada Presiden,” kata Mahfud dalam konferensi pers, Senin (3/10).
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan untuk mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan, salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah sepak bola dunia.
Baca Juga: Viral Prajurit Tendang Suporter, Panglima TNI: Tidak Ada Mengarah Pada Disiplin, Tapi Pidana
Sumber : Kompas TV/Tribunnews
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.