Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi usai Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3.
Hasil tersebut pun membuat suporter tuan rumah kecewa dan menyerbu ke lapangan. Adapun aksi ini sempat membahayakan pemain dari kedua tim.
Pihak keamanan pun mencoba menenangkan situasi dengan menggiring keluar para suporter yang masuk ke lapangan agar kembali ke tribun.
Namun karena semakin banyaknya suporter yang turun, situasi pun semakin kacau.
Alhasil, pihak keamanan menembakkan gas air mata, yang sebenarnya dilarang oleh FIFA digunakan dalam pengamanan stadion, untuk mengusir suporter.
Massa pun berdesak-desakan keluar dari stadion. Di tengah kepanikan itu ada yang mengalami sesak napas lalu terjatuh dan terinjak-injak hingga tewas.
Menurut penuturan Kapolri, berdasarkan identifikasi dari tim Disaster Victim Identification (DVI) dan Dinas Kesehatan pemerintah Kabupaten dan Kota Malang, tragedi ini mengakibatkan 125 orang meninggal dunia.
"Konfirmasi saat ini terverifikasi meninggal dunia dari awal informasi 129 saat ini data terakhir hasil pengecekan DVI dan Dinkes jumlahnya 125 orang," ucap Listyo.
Baca Juga: Jokowi Perintahkan Kapolri Investigasi Menyeluruh soal Kericuhan di Stadion Kanjuruhan
Adapun menurut data yang diterima KOMPAS TV dari Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, per Minggu (2/10/2022) pukul 14.52 WIB, jumlah korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan sebanyak 131 orang.
Data tersebut sekaligus meralat pernyataan Wagub Jatim sebelumnya yang menyebut jumlah korban tewas sebanyak 174 orang.
"Tadi saya dikutip menyampaikan data BPBD tapi setelah saya cek ada potensi data ganda atau double counting karena ada korban jiwa yang tidak teridentifikasi maka bisa double entry dari sumber-sumber yang berbeda yang direkap BPBD," kata Emil dalam pesan tertulis yang diterima kepada KOMPAS TV, Minggu sore.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.