Waktu itu, ia cuma mendengar teriakan orang-orang minta tolong dari segala arah.
"Bahkan sudah nggak ada (meninggal dunia) juga saat turun itu. Cuma teriakan tolong-tolong," paparnya.
Doni mengaku bingung karena ada gas air mata. Setahu dia, penggunaan gas air mata tidak diperbolehkan.
"Yang saya sayangkan, kok di lapangan ada gas. Kok yang di sini gas air mata," paparnya.
Baca Juga: Presiden FIFA Keluarkan Pernyataan atas Tragedi Kanjuruhan: Ini Hari yang Gelap bagi Semua
Seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelummya, kericuhan suporter terjadi usai laga Liga 1 2022-23 pekan ke-11 antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Para suporter Arema FC yang kecewa dengan kekalahan timnya, masuk ke lapangan usai laga bubar.
Pihak kepolisian dan keamanan pertandingan mencoba membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata, sesuatu yang jelas-jelas dilarang FIFA.
Akibatnya, massa di tribun panik karena efek gas air mata dan berdesak-desakan keluar dari stadion.
Menurut data yang diterima KOMPAS TV dari Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, hingga Minggu (2/10/2022) pukul 14.53 WIB, jumlah korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan mencapai 131 orang.
Data tersebut sekaligus meralat pernyataan Wagub Jatim sebelumnya yang menyebut jumlah korban tewas sebanyak 174 orang.
"Tadi saya dikutip menyampaikan data BPBD tapi setelah saya cek ada potensi data ganda atau double counting karena ada korban jiwa yang tidak teridentifikasi maka bisa double entry dari sumber-sumber yang berbeda yang direkap BPBD," kata Emil dalam pesan tertulis yang diterima kepada KOMPAS TV, Minggu sore.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.