JAKARTA, KOMPAS.TV - Ibunda Brigadir Novriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Rosti Simanjuntak menyatakan sejak awal sudah merasakan kejanggalan dalam meninggalnya sang anak.
Kejanggalan itu bermula saat Brigjen Hendra Kurniawan, Kombes Santoso, dan personel lainnya menemui keluarga, Senin (11/9/2022).
Brigjen Hendra, Kombes Santoso, dan personel lainnya mengaku datang ke rumah keluarga Brigadir J untuk menjelaskan peristiwa kematian Brigadir J.
Baca Juga: Sidang Etik Brigjen Hendra Tak Kunjung Digelar, Hingga Berkas Sambo Akan P21 dalam Waktu Dekat
Rosti masih mengingat Brigjen Hendra dan personel lainnya datang tanpa menghormati pihak yang sedang berduka. Bahkan keluarga yang berada di ruang tamu diminta untuk tidak memegang alat komunikasi.
"Mereka masuk tidak ada permisi, tidak ada salam. Mereka langsung menutup gorden, pintu. Jadi ponakan dan adik yang masih berduka mencerit histeri. Mereka seperti membentuk pagar betis, jangan ada yang pegang HP," ujar Rosti di program Rosi KOMPAS TV, Kamis (29/9/2022).
Rosti menjelaskan Brigjen Hendra menyatakan kronologi kematian Brigadir J ini adalah sebuah aib. Saat kejadian Putri Candrawathi berteriak.
Teriakan itu membuat Bharada Eliezer turun dan menanyakan Brigadir J kejadian yang buat Putri berteriak.
Baca Juga: Viral Momen Karo Paminal ke Rumah Brigadir J Usai Almarhum Dimakamkan, Keluarga Dilarang Video
Namun dijelaskan Brigadir J tidak menjawab hingga terjadi kontak tembak antara Bharada E dan Brigadir J.
"Bapaknya (Samuel Hutabarat) menanyakan siapa yang duluan menembak, dijawab almarhum. Jadi tidak ada satu pun yang kena, dijawab tidak ada," ujar Rosti.
Mendengar hal tersebut Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J tidak percaya dengan penjelasan Brigjen Hendra.
Baca Juga: Polri: Sidang Etik Brigjen Hendra Kurniawan Digelar Pekan Ini, Tapi Kapan Harinya Belum Diputuskan
"Saya saja tidak seorang penembak atau tidak ada bidang di situ, kalau menembak dengan jarak 5 meter anak saya yang duluan menembak tidak mungkin tidak ada yang kena," ujar Rosti mengulang kembali pernyataan suaminya saat berbincang dengan Brigjen Hendra.
Rosti juga mendengar Brigjen Hendra menjelaskan soal aib dalam kematian Brigadir J. Sontak penjelasan itu membuat Rosti tidak percaya dan membantah penjelasan Brigjen Hendra.
"Saya yang melahirkan, saya yang membesarkan jadi saya tahu karakter anak saya. Mungkin anak-anak sampen mungkin ada seperti itu. Waktu itu saya agak keras. Karena saya terpukul anakku sudah meninggal mereka fitnah lagi dengan kata-kata aib," ujar Rosti.
Lebih lanjut dalam percakapan tersebut, Samuel meminta agar rekaman CCTV dugaan pelecehan Brigadir J terhadap Putri dibuka.
Baca Juga: Ibu dan Pacar Brigadir J Harap Kebenaran Terungkap, Ferdy Sambo Cs Dihukum Seadil-adilnya
Namun Kombes Santoso menjelaskan ruangan utama menuju kamar Putri tidak ada CCTV.
Rosti kembali tidak percaya dengan penjelasan yang diberikan. Ia kemudian mencontohkan bahwa di sekolah tempat keluarga Brigadir J tinggal terpasang CCTV.
"Kombes itu ngomong, 'Ibu jangan memojokkan kami'. Kalau begitu keluar semua. Karena saya keras, perlahan-perlahan mereka keluar satu per satu," ujar Rosti.
"Malamnya HP kami diretas tidak bisa menghubungi siapa pun, tidak bisa melihat WA dari siapa pun. Itu yang terjadi saat itu," sambung Rosti.
Brigjen Hendra Kurniawan telah ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana menghalangi penyidikan kasus pembunuhan berencana Brigadir J. Polri juga telah menjadwalkan sidang etik terhadap Brigjen Hendra.
Belakangan kunjungan Brigjen Hendra ke rumah keluarga Brigadir J mendapat sorotan karena menggunakan pesawat jet pribadi. Diduga pesawat jet pribadi yang digunakan adalah bentuk gratifikasi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.