Selain itu, menurut analisis itu, yang perlu juga dicermati, perubahan itu sejalan dengan terjadinya perubahan kebijakan pemerintah (peningkatan harga BBM).
Kebijakan ini berimplikasi pada semakin membesarnya ketidakpuasan publik.
"Maka potensi dukungan akan menjadi semakin besar lagi jika Demokrat mampu menguasai peningkatan kalangan yang merasa tidak puas," sebut analisis itu.
"Potensi perubahan dukungan tidak hanya terjadi pada kalangan yang terpilah sebagai pendukung ataupun bukan pendukung Jokowi-Amin. Apabila dielaborasi berdasarkan pilihan partai politik pun, peluang peningkatan dukungan masih terbuka," lanjut analisis itu.
Lantas, analisis Litbang Kompas itu juga menyebutkan, pada kalangan responden yang terkelompokkan sebagai pendukung partai-partai koalisi pemerintah, kecuali pendukung PDI-P dan Perindo, masih cukup signifikan ketidakpuasan tergambarkan.
Para pemilih Partai Golkar, misalnya, tercatat sebanyak 41,9 persen yang merasa tidak puas pada kinerja pemerintah.
Begitu pula pada PAN dan Hanura. Sementara itu, pada Gerindra, Nasdem, PKB dan PPP tercatat sepertiga bagian yang tidak puas.
"Bagi Demokrat, keberadaan kelompok masyarakat yang merasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah justru sejalan dengan orientasi partai yang memilih berseberangan langkah dengan kebijakan pemerintah," bunyi analisis itu.
Fakta semacam inilah yang disebut Bestian Nainggolan menjadi peluang bagi AHY dan Demokrat dalam meningkatkan posisi pengaruh politiknya di Pemilu 2024.
Baca Juga: AHY Singgung Jokowi Tinggal "Gunting Pita", Teruskan Pembangunan dari Era SBY
Sumber : Kompas TV/kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.