JAKARTA, KOMPAS.TV - Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menanggapi tudingan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto soal adanya kecurangan pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang membuat suara Demokrat naik 300 persen di Pemilu 2009 silam.
Herzaky beralasan, prestasi pemerintahan SBY menjadi faktor melonjaknya elektoral Partai Demokrat.
"Bang Hasto, Demokrat tahun 2009 suaranya bisa meningkat tiga kali lipat karena prestasi pemerintahan SBY yang dirasakan manfaatnya oleh rakyat," kata Herzaky dalam keterangan tertulis yang diterima KompasTV, Minggu (18/9/2022).
Adapun prestasi era kepemimpinan SBY yang dimaksud yakni, rakyat miskin semakin sedikit, pengangguran semakin sedikit, gaji PNS termasuk guru dan TNI POLRI hampir tiap tahun meningkat.
"Daya beli masyarakat tinggi, pendapatan per kapita meningkat drastis, dan keuangan negara stabil. Bahkan utang minim. Pembangunan infrastruktur juga berjalan dengan baik," ujarnya.
Dia juga menyebut dalam hubungan antar-umat beragama dan antar suku bangsa pada era SBY itu sangat rukun. Kemudian, tidak ada polarisasi antar anak bangsa.
Begitu juga dengan oposisi, masyarakat sipil dan mahasiswa bebas mengkritik tanpa takut diintimidasi, apalagi dikriminaliasi.
"Ya makanya wajar saja, suara Demokrat tahun 2009 meningkat drastis," tegasnya.
"Jadi, rakyat benar-benar merasakan hasil pembangunan di pemerintahan era SBY. Bukan hanya dirasakan oleh segelintir pihak saja."
Sehingga, lanjut Herzaky, tidak ada Daftar Pemilih Tetap atau DPT 2009 yang bermasalah atau pun hasil pemilu yang dimanipulasi.
Baca Juga: Sekjen PDIP: Multipartai tak Memungkinkan Suara Parpol Naik 300 Persen seperti Demokrat pada 2009
Dalam kesempatan itu, Herzaky juga menyinggung pada pemilu 2019 tentang komisioner Komisi Pemilihan Umum atau KPU yang ditangkap karena kasus suap.
"Kan, salah satu pelakunya kader partainya Bang Hasto, Harun Masiku, yang sudah buron 1.000 hari lebih. Tidak ada cerita seperti itu di Pemilu 2009," ucap dia.
Herzaky kembali menegaskan pada pidato SBY di Rapat Pimpinan Nasional atau Rapimnas hanya mengingatkan agar aspirasi rakyat janganlah dihalang-halangi. Rakyat, kata dia, menginginkan lebih dari dua pasangan calon yang berlaga di 2024.
"Namanya Bapak Bangsa, wajar saja kalau beliau mengingatkan, agar para elite politik tidak berupaya mengamputasi harapan rakyat. Apalagi, dengan cara-cara yang tidak demokratis dan menyalahgunakan kekuasaan," jelasnya.
"Tidak perlu terlalu reaktif. Apalagi mengumbar hoaks dan fitnah. Kecuali, kalau memang merasa skenario jahatnya ketahuan."
Seperti diketahui, polemik ini muncul berawal dari pernyataan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY yang menyebutkan adanya tanda-tanda Pemilu 2024 tidak jujur dan tidak adil.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kemudian membalas pernyataan SBY tersebut dengan menyinggung Pemilu 2009. Dia menilai adanya upaya mencurangi secara masif dalam penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut.
Di mana menurutnya, Demokrat yang mengalami kenaikan elektoral hingga 300% yang dianggap tak normal.
"Sistem multipartai seperti Indonesia yang sangat kompleks, dengan intensitas persaingan yang sangat tinggi sebenarnya tidak memungkinkan bagi parpol seperti Partai Demokrat untuk mengalami kenaikan 300 persen pada Pemilu 2009 yang lalu,” urainya.
“Ini adalah sebuah anomali di dalam pemilu. Bayangkan ketika PDI Perjuangan berkuasa, kemudian juga dituduhkan macam-macam, berapa kenaikan suara PDI Perjuangan di dalam era multipartai yang juga sangat kompleks?”
Baca Juga: SBY Bilang Ada Tanda Pemilu 2024 Tak Jujur dan Adil, Politikus PDIP: Bapak Hoaks Nasional
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.