JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebagai seorang cendekiawan muslim, Profesor Azyumardi Azra dikenal sebagai orang yang memiliki banyak pemikiran dan gagasan hebat.
Saat menjabat sebagai Ketua Dewan Pers periode 2022-2025, Prof Azra juga sangat perhatian terhadap pers dan demokrasi.
"Prof Azra adalah orang yang sangat concern terhadap pers Indonesia," kata Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pers Periode 2022 - 2025 Arif Zulkifli dalam program Kompas Petang Kompas TV, Minggu (18/9/2022).
"Dia memang tidak besar dan tumbuh di komunitas pers, dia akademisi, tapi dia pernah jadi wartawan pada satu masa dan concern-nya terhadap demokrasi sangat luar biasa," imbuhnya.
"Saya kira dalam waktu yang tidak panjang di Dewan Pers sebagai ketua, dia terus mengingatkan kita tentang bahaya mundurnya demokrasi dan bagaimana pers hendaknya berperan penting di dalam proses menjaga demokrasi itu," ujarnya.
Baca Juga: Ketua Umum PGI: Prof Azyumardi Azra Pemikir Independen yang Selalu Bicara Terus Terang
Arif juga menjelaskan bagaimana etos kerja Prof Azyumardi Azra yang ingin segera menyelesaikan berbagai permasalahan di dunia pers secepat mungkin.
"Saya lihat sejak pertama kami menyatakan sebagai anggota Dewan Pers, lalu ada seremoni, itu Prof Azra betul-betul sprint ya. Dia seperti mengejar sesuatu, pace-nya itu pace maksimal," ujar Arif.
"Kadang saya dan teman-teman itu mengeluh juga, kita luar biasa sibuknya, banyak sekali yang dikerjakan. Dan ternyata dia tidak sedang marathon, tapi sedang sprint dan garis finisnya bukan 2025 seperti yang dimandatkan Dewan Pers tapi hari ini," tuturnya.
Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra
Azyumardi Azra meninggal dunia di Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia, Minggu (18/9/2022).
Berdasarkan keterangan tertulis KBRI di Kuala Lumpur yang diterima KOMPAS.TV, Minggu, almarhum mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia sejak 16 September 2022.
Prof Azra sempat mengalami sesak napas dalam penerbangan menuju Kuala Lumpur.
"Saat akan tiba di bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) sempat berkomunikasi dengan pihak (Angkatan Belia Islam Malaysia/ABIM) yang melakukan penjemputan. Selanjutnya beliau langsung dibawa menuju Serdang Hospital untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut," bunyi siaran pers KBRI.
Pihak Rumah Sakit Serdang, menurut siaran pers KBRI, mengatakan Prof Azra mengalami gangguan jantung yang membuat almarhum harus mendapatkan perawatan khusus di CCU.
Prof Azyumardi Azra dinyatakan meninggal dunia pada Minggu, 18 September 2022 pukul 12.30 waktu Kuala Lumpur di Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia.
"Pihak Rumah Sakit Serdang telah menerbitkan penyebab kematian almarhum yaitu: Acute
Inferior Myocardial Infarction atau terdapat kelainan pada jantung. Beliau meninggal di unit
perawatan intensif bagi penderita gangguan pada jantung (CCU)," tulis KBRI Kuala Lumpur.
Azyumardi Azra lahir di Lubuk Alung, Sumatera Barat pada 4 Maret 1955. Nama beliau mempunyai arti ‘permata hijau’.
Dilansir dari Kompas.com, Andina Dwi Fatma dalam bukunya "Cerita Azra Biografi Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra", menyebut dia menempuh sekolah dasar di kampung halamannya pada 1963.
Pada 1969, Azra melanjutkan studinya di Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Padang dan dikenal cerdas dalam pelajaran matematika.
Baca Juga: Profil Azyumardi Azra: Ketua Dewan Pers dan Orang Bergelar "Sir" Pertama dari Indonesia
Azra kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta setelah menghadapi perbedaan pendapat dengan ayahnya.
Di kampus, Azra aktif menjadi aktivis mahasiswa dan tercatat pernah duduk sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah serta Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat tahun 1981-1982.
Tidak hanya itu, ia juga pernah mengorganisasi teman-temannya melancarkan protes terhadap pemerintahan Soeharto saat sidang umum MPR tahun 1978 digelar.
Azra kemudian mendapatkan beasiswa S2 Fullbright di Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat. Ia mengambil konsentrasi sejarah pada 1986.
Selain itu, hanya dalam waktu dua tahun, cendekiawan asal Sumatera Barat itu menyelesaikan program MA pada Departemen Bahasa dan Kebudayaan Timur Tengah.
Pada 1989, ia mendapat gelar MA dari kampus yang sama terkait bidang sejarah. Selepas itu, Azra mengikuti program post doktoral di Universitas Oxford.
Pada 2004-2009, Azra diangkat menjadi guru besar Profesor Fellow di Universitas Melbourne Australia. Ia juga dikukuhkan sebagai Guru Besar Sejarah Fakultas Adab IAIN Jakarta.
Dalam catatan Harian Kompas Edisi 26 September 1999, Azra dikenal sebagai ahli multi bidang mulai dari pendidikan, pemikiran Islam, sejarah, hingga politik Islam.
Pada 2006, Azra menjadi rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Ia juga tercatat pernah menjadi Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Kesejahteraan Rakyat pada kurun 2009.
Sebagai intelektual, Azra aktif mengirimkan gagasannya di kolom Opini Harian Kompas. Ia juga telah menerbitkan belasan buku, mulai dari "Jaringan Ulama", "Islam Reformis", "Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah."
Ada pula buku lain dari Azyumardi Azra seperti "Konflik Baru Antar-Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas"; "Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal", "Indonesia Bertahan" dan lainnya.
Baca Juga: Jenazah Azyumardi Azra Diusahakan Segera Dipulangkan, Jusuf Kalla Sediakan Pesawat Khusus
Sumber : Kompas TV/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.