JAKARTA, KOMPAS.TV – Pakar keamanan siber, Pratama Persadha, menduga peretas atau hacker yang menggunakan nama Bjorka, merupakan suatu kelompok alias bukan satu orang.
Dugaan itu bukan tanpa alasan. Pratama mengaku memperhatikan pola percakapan Bjorka di Twitter dan grup Telegram.
“Itu juga kelihatan kok kalau kita lihat di grup Telegramnya si Bjorka sama apa yang dia bicarakan di Twitter, orangnya beda banget,” kata Pratama dalam dialog Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Selasa (13/9/2022).
Baca Juga: BSSN soal Ulah Hacker Bjorka Curi Data: Ancaman Intensitas Rendah
Menurutnya, di grup Telegram, Bjorka terkesan pendiam dan tidak banyak ngomong. Hal itu berbeda dengan pola pada akun Twitternya.
“Yang di grup Telegram itu pendiam, nggak banyak omong, dia balas seperlunya saja. Sedangkan kalau di Twitter, kebanyakan ngomong. Ngomong terus.”
Pratama juga menjelaskan bahwa pengakuan Bjorka tentang keberadaan atau titik lokasinya di Warsawa, Polandia, sangat mudah dipalsukan dengan menggunakan fake location.
“Dan kita perlu tahu juga, ketika dia menyebutkan location-nya, dia ada di Warsawa atau di Polandia, gampang sekali kita buat fake location, kita bisa mengaku dari mana saja.”
Data-data yang dicuri oleh Bjorka, kata Pratama, sebenarnya bukan data-data dari pejabat.
Bjorka melakukan doxing atau penyebaran data pribadi pejabat karena ia diduga memiliki data-data SIM card maupun data lain.
Data dari situlah yang kemudian dia ambil untuk melakukan doxing.
“Perlu diketahui, yang dicuri bukan data-data pejabat sebenarnya, karena dia punya data-data ini, data SIM card, data DPT, kemudian data yang lain, dia bisa melakukan profiling.”
Baca Juga: Bareskrim Polri Gabung Tim Khusus Usut Hacker Bjorka, Ada Data Negara Diretas
“Data-data ini yang digunakan untuk melakukan doxing. Kalau dia melakukan peretasan ke masing-masing orang, saya pikir nggak,” tegasnya.
Menurutnya, di Indonesia sebenarnya cukup banyak orang atau kelompok yang memiliki keahlian seperti yang dimiliki Bjorka, bahkan yang lebih hebat pun banyak.
“Banyak dong, yang lebih jago juga banyak.”
Seperti diwartakan KOMPAS TV sebelumnya, kebocoran data pribadi masyarakat Indonesia menjadi perbincangan publik selama beberapa hari terakhir setelah sebuah akun bernama Bjorka menjual data registrasi SIM card yang ia klaim berasal dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (kominfo) di forum peretas.
Kominfo pun menampik tudingan tersebut dan menyebut klaim Bjorka sebagai kebohongan atau hoaks. Sebab, Kominfo tidak memiliki aplikasi untuk menampung data registrasi prabayar dan pascabayar.
Beberapa hari kemudian, pada 6 September 2022, Bjorka kembali menjual data yang ia klaim berasal dari Komisi Pemilihan Umum.
Data yang dibocorkan mulai dari nama lengkap, nomor induk kependudukan (NIK), nomor kartu keluarga (KK), alamat lengkap, tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin, bahkan keterangan soal disabilitas.
Lalu, Bjorka kembali muncul dan menjual data yang ia klaim sebagai transaksi surat dan dokumen rahasia Presiden Republik Indonesia pada Sabtu (10/9/2022).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.