Baca Juga: Turunkan Tim ke Ponpes Gontor, Menag Yaqut: Enggak Boleh Lembaga Jadi Korban
Sebelumnya seperti diberitakan, KOMPAS.TV, kasus ini bermula dari kecurigaan pihak keluarga menerima laporan dari pihak pesantren bahwa anak mereka meninggal karena kelelahan saat mengikuti perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).
Informasi tersebut diterima ibu korban, Soimah dari pengasuh Gontor 1 Ustaz Agus pada Senin (22/8/2022) sekitar pukul 10.20 WIB.
Lantas, ibu tidak percaya dan minta jenazah dibuka. Keluarga pun temukan fakta, anaknya meninggal bukan karena kelelahan tapi diduga karena penganiayaan.
Soimah lantas mencari keadilan hingga ke pengacara Hotman Paris pada 4 September 2022. Kasus ini pun akhirnya ini mencuat ke pubik.
Baca Juga: PP Muhammadiyah Minta Tidak Generalisasi Kejadian di Ponpes Gontor: Serahkan Kasusnya ke Hukum
Dua hari setelahnya, Selasa (6/9), Ponpes Gontor mengakui adanya dugaan penganiayaan terhadap santri AM (17) oleh sesama santri yang mengakibatkan remaja asal Palembang, Sumatera Selatan, itu meninggal dunia.
"Berdasarkan temuan tim pengasuhan santri memang ditemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal," kata Juru Bicara Ponpes Darussalam Gontor Ustadz Noor Syahid, di Ponorogo, Jawa Timur.
Lalu, pada Rabu (7/9), aparat Kepolisian Resor Ponorogo menggelar prarekonstruksi kasus tersebut.
Reka kejadian awal itu dilakukan di titik-titik lokasi kejadian penganiayaan hingga saat santri AM mulai dievakuasi ke pos kesehatan pondok dan akhirnya dibawa ke IGD rumah sakit.
"Total ada 50 adegan dilakukan saksi dan peran pengganti korban dalam prarekonstruksi,” kata Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono.
Selain remaja berinisial AM (17) yang dilaporkan tewas, ada dua orang santri lainnya yang menjadi korban penganiayaan.
"Total ada tiga santri termasuk korban AM, namun yang dua santri luka-luka," katanya.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.