JAKARTA, KOMPAS.TV - Jurnalis Senior Harian Kompas Budiman Tanuredjo berkesempatan mewawancarai Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo secara eksklusif terkait langkah-langkah Polri dalam menuntaskan kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di Rumah Dinas Kadiv Propam Polri, Duren Tiga, Jakarta.
Wawancara yang membahas tantangan dan upaya penyelidikan serta penyidikan Polri terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J yang menyeret petinggi Polri yakni mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo sebagai salah satu tersangka itu disiarkan dalam program Satu Meja The Forum Spesial 'Siasat Kapolri di Pusaran Kasus Sambo' di Kompas TV, Rabu (7/9/2022) malam.
Salah satu fakta yang diungkapkan Kapolri Listyo Sigit ialah ketakutan penyidik terhadap Ferdy Sambo.
Berikut wawancara Budiman Tanuredjo dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Banyak orang bertanya, kenapa tragedi Duren Tiga dengan Pak Sambo ini bisa terjadi?
Jadi memang ini peristiwa yang, untuk kami juga, terus terang ini pukulan ya, karena memang di saat kami sedang memperbaiki citra institusi.
Dari awal, pada saat kami masuk, kan kami juga memulai dari mendengarkan aspirasi masyarakat tentang harapan masyarakat tentang Polri. Kami kan start dari situ dan itu kami sampaikan pada saat awal kami melakukan kegiatan fit and proper test di DPR.
Saat itu, pada saat hasil survei awal, kami (Polri) di angka 74 persen, sehingga kemudian dengan melaksanakan berbagai program transformasi menuju Polri yang presisi pada saat itu.
Kemudian bagaimana kami mencoba mendengar apa yang menjadi asprasi masyarakat, kemudian juga kami sesuaikan, laksanakan program-program untuk mengawal kebijakan, pemerintah utamanya. Dan kemudian hal-hal yang memang harus kami lakukan sesuai dengan harapan masyarakat.
Saat itu kan angka kami sempat naik menjadi 76 persen, artinya itu pekerjaan yang sangat berat, dan ini dilakukan oleh kami semua dari atas sampai bawah, ini bareng-bareng.
Makanya begitu ada peristiwa Sambo ini memang dampaknya luar biasa. Angka kami tiba-tiba turun di angka sekitar 54 persen, dan tentunya ini pukulan buat kami.
Ini lah yang kemudian menjadi tekat kami untuk betul-betul bisa menuntaskan.
Baca Juga: Citra Polri Turun Akibat Diterjang Kasus Sambo, Kapolri : Jadi Pelajaran & Kesempatan Berbenah
Kapolri sebut awalnya sulit, skenario Ferdy Sambo tersebar luas?
Memang awalnya agak sulit Pak Budiman, karena memang di awal-awal saudara FS ini kan menceritakan peristiwa skenario yang terjadi di Duren Tiga itu kan peristiwa tembak-menembak. Dan itu disampaikan ke banyak orang, termasuk saya. Termasuk saya.
Sehingga pada saat itu saya tanyakan kepada yang bersangkutan, "Kamu jujur kamu terlibat atau tidak?" saya tanyakan, dua kali saya tanyakan.
Saya sampaikan, "Karena saya akan memproses ini sesuai dengan fakta, jadi kalau kira-kira peristiwanya tidak seperti itu ceritakan, tapi kalau memang seperti itu nanti akan kita lihat pembuktiannya sesuai dengan fakta".
Memang kemudian banyak muncul informasi-informasi kejanggalan ya. Apalagi pada saat kemudian meledak dari keluarga almarhun Yosua di Jambi karena waktu itu dilarang untuk dimakamkan secara kedinasan, dan itu kemudian semakin membesar.
Sehingga kemudian kami putuskan saat itu untuk membentuk timsus. Timsus itu kami libatkan para pejabat utama Polri yang memang langsung saya libatkan Wakapolri, Pak Irwasum, dan Kabareskrim, serta beberapa tim ya yang terlibat yang memiliki integritas.
Baca Juga: Dipecat, Kombes Agus Nurpatria Susul Ferdy Sambo dkk Ajukan Banding
Sambo dinonaktifkan karena Timsus hadapi kesulitan?
Saat awal, kami minta untuk Sambo kami nonaktifkan pada saat itu. Kami nonaktifkan, karena kami juga mendapatkan informasi-informasi bahwa ada kesulitan dari Timsus pada saat itu untuk bisa bekerja dengan baik.
Kemudian saya dalami, dan ternyata memang saya mendapatkan informasi bahwa ada upaya menghalang-halangi, mengintimidasi bahkan membuat cerita-cerita di luar yang dilakukan untuk memperkuat skenario yang bersangkutan, ke banyak orang lah, kepada orang-orang yang dianggap memiliki pengaruh lah seperti itu. Sehingga kemudian, kami putuskan untuk kami nonaktifkan.
Penyidik sempat takut, diancam akan berhadapan dengan Sambo?
Kemudian kami lihat bahwa penyidik pun saat itu sempat takut. Sempat takut karena ada bahasa-bahasa bahwa mereka semua nanti akan berhadapan dengan yang bersangkutan. Sehingga dari situ kami putuskan 25 orang ya pada saat itu, termasuk yang bersangkutan untuk kami mutasi demosi dan kami ganti dengan pejabat yang baru.
Alhamdulillah begitu kami ganti waktu itu proses mulai berjalan lancar, mulai terbuka. Kemudian kejanggalan-kejanggalan yang pada saat itu kami dapat itu mulai bisa terjawab. Utamanya memang pada saat itu kami mulai/start masalah perkenaan atau pun temuan balistik di TKP yang berbeda dengan apa yang dia sampaikan.
Dalam perjalanannya, memang butuh waktu, butuh waktu. Saudara Richard yang sempat saya panggil juga, saya tanyakan, dan dia pada saat itu menjelaskan, memperkuat skenarionya saudara FS.
Bharada E atau Richard Eliezer akhirnya ubah keterangan?
Pada saat itu, setelah kami copot beberapa orang, kami mutasi, kemudian kami tempatkan di tempat khusus, 18 orang. Richard kemudian mengubah keterangan.
Saat itu Richard saya panggil lagi, di hadapan Timsus ya, dia menjelaskan bahwa dia mau mengubah keterangannya karena pada saat itu yang bersangkutan dijanjikan oleh saudara FS bahwa kalau Richard mau membantu menjelaskan perannya sesuai dengan skenario awal yang terjadi tembak-menembak itu, dia akan dilindungi oleh FS, namun faktanya kan pada saat itu si Richard kami tetapkan sebagai tersangka.
Sehingga kemudian dia sampaikan ke saya, “Pak saya tidak mau dipecat, saya akan bicara jujur,” kan begitu. Jadi ini memang melalui proses yang cukup panjang.
Baca Juga: Polisi Ungkap Hasil Uji Lie Detector: Bharada E, Bripka RR dan Kuat Ma'ruf Berkata Jujur
Pengakuan Bharada E membuka tabir?
Dari situ kemudian, dia membuka awal, bahwa saat itu dia melihat FS memegang senjata dan menyerahkan ke dia, tapi berikutnya saya minta untuk didalami lagi, yang bersangkutan kemudian menjadi lebih tenang.
Kami serahkan kepada tim pada saat itu. Kemudian dia menulis kan, menulis tentang kronologinya secara lebih lengkap.
Di situ kami kemudian mendapatkan gambaran bahwa peristiwa yang terjadi bukan tembak-menembak tapi lebih kepada Richard menembak, yang didahului dengan adanya peristiwa di Saguling ya.
Ada informasi dari ibu PC kepada FS yang terus kemudian pada saat itu si Richard dipanggil, ditanya apakah yang bersangkutan siap untuk membantu, karena saat itu FS menyampaikan, “saya ingin membunuh Yosua”, si Richard “Saya siap,” “Kalau kamu siap, kamu saya lindungi,” kira-kira begitu lah.
Sehingga kemudian dengan keyakinannya dia itu lah dia tetap mempertahankan. Berubah pada saat kemudian Richard kemudian ditetapkan sebagai tersangka.
Nah itu yang kemudian membuka tabir, yang lain kemudian mulai mengubah keterangannya dan akhirnya kasus ini bisa terungkap.
Baca Juga: Ajudan Ferdy Sambo Diperiksa dengan 'Lie Detector', Apa Hasilnya?
Ini juga nggak mudah, karena memang di awal ada CCTV yang kami butuhkan. CCTV di tempat satpam yang waktu itu juga kemudian hilang.
Akhirnya pada saat saya memimpin rapat pada saat itu, dengan Timsus, saya tanya, saya introgasi dari Polres Jakarta selatan, kemudian dari Propam di saat itu, muncul pengakuan bahwa yang mengambil CCTV itu adalah saudara E atas perintah dari saudara H dan saudara A. Dari situ mulai terbongkar, sehingga waktu itu kami minta untuk didalami.
Jadi memang ini memasang atau menyambungkan puzzle-puzzle-nya ini butuh waktu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.