JAKARTA, KOMPAS.TV - Wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar bersubsidi membuat sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dipadati kendaraan.
Seperti di SPBU 34.102.01 di Jalan Penjernihan I, Pejompongan, Jakarta pada Rabu malam (31/8/2022).
Laporan jurnalis KOMPAS TV Asri Gunawan menjelaskan, antrean kendaraan yang ingin mengisi BBM jenis Pertalite mengular hingga ke bahu jalan, baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Baca Juga: Presiden Jokowi Mulai Bagikan BLT BBM, Energy Watch: Ini Tanda dalam Waktu Dekat BBM Naik
Sementara untuk solar, diketahui di SPBU Pejompongan, stok sudah habis sejak bulan Maret 2022. Sedangkan Pertalite masih tersedia dan masih di harga Rp7.650.
Saat dikonfirmasi kepada pengendara, mereka banyak yang tidak mengetahui terkait rencana pemerintah menaikkan BBM Pertalite per tanggal 1 Septermber 2022.
Namun, ada juga pengendara yang ingin mengisi BBM karena khawatir per tanggal 1 September harga Pertalite sudah berubah.
Bahkan, ada salah seorang pengendara yang akhirnya mengisi BBM di SPBU Pejompongan karena sudah mengunjungi lebih dari tiga SPBU dengan antrean panjang.
Baca Juga: Dilema antara APBN dan BBM, Menkeu Sri Mulyani: Kuota Pertalite Habis September, Solar Oktober
Antrean panjang juga terjadi di Sidoarjo. Laporan jurnalis KOMPAS TV Jack Robby, sejak Rabu (31/8) sore, sejumlah pengendara sudah memadati SPBU untuk mengisi BBM karena khawatir harga akan naik.
Menurut Robby, di beberapa SPBU sudah tidak bisa melayani pengisian Pertalite untuk kendaraan roda dua dan roda empat karena kekurangan stok.
Dari data yang dihimpun, hampir seluruh SPBU yang ada di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak sore hingga malam ini terjadi antrean panjang.
Baca Juga: Tolak Kenaikan BBM Subsidi, Buruh hingga Mahasiswa Demo di Sejumlah Daerah
Adapun wacana kenaikan BBM Pertalite dan Solar bersubsidi ini sudah bergulir sejak dua minggu terakhir.
Dalam rapat kerja dengan Komite IV DPD RI, Kamis (25/8/2022), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, jika harga Pertalite dan Solar tidak dinaikkan, pemerintah butuh tambahan dana sekitar Rp198 triliun.
Namun, pemerintah kesulitan mendapatkan dana tambahan itu. Alokasi subsidi sebesar Rp502 triliun yang diajukan pemerintah dan disetujui DPR, sudah habis.
Bendahara Negara ini memaparkan, anggaran subsidi Rp502 triliun saja sebenarnya sudah membengkak dari alokasi awal yang hanya sebesar Rp152,1 triliun.
Baca Juga: Polda Sulsel Minta Spbu Cegah Penimbunan BBM
Jika jumlah itu ditambah dengan Rp198 triliun, maka total subsidi akan mencapai Rp700 triliun.
Sri Mulyani juga menjelaskan, harga keekonomian solar mencapai Rp13.950 per liter, jauh lebih tinggi dari harga jual di masyarakat yang sebesar Rp5.150 per liter.
Sementara, harga keekonomian Pertalite mencapai Rp14.450 per liter, namun harga jual di masyarakat hanya sebesar Rp7.650 per liter.
Sedangkan subsidi Rp502 triliun dibutuhkan saat konsumsi BBM mencapai 23 juta kiloliter, sedangkan hingga akhir tahun, diprediksi total konsumsi BBM mencapai 28 juta kiloliter.
Baca Juga: Curhat Sri Mulyani Soal Hitungan Subsidi BBM Rp 502 Triliun Banyak Dinikmati Kalangan Mampu
Sementara, konsumsi solar diperkirakan mencapai 17,2 juta kiloliter hingga akhir tahun. Padahal, kuota yang ditetapkan untuk tahun ini hanya sebesar 14,91 juta kiloliter.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.