JAKARTA, KOMPAS.TV – Pernah berjanji bikin Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berjaya usai dipilih jadi jadi Ketua Umum, Suharso Monoarfa justru kini digugat para petinggi partai berlogo Ka’bah itu untuk mundur.
Hal itu lantaran, salah satunya, karena faktor elektabilitas PPP yang tidak naik-naik, bahkan cenderung rendah.
“Elektabilitas PPP tidak juga beranjak naik semenjak dipimpin oleh Saudara Suharso Monoarfa, maka ketiga poin di atas akan menjadi hal yang kontraproduktif bagi peningkatan elektabilitas PPP,” bunyi surat yang memintanya mundur dan dikirim secara resmi ke DPP PPP Senin (22/8/2022).
Tiga pimpinan DPP PPP yang mengirim surat tersebut adalah KH Mustofa Aqil Siraj sebagai Ketua Majelis Syariah, H Muhammad Mardiono sebagai Ketua Majelis Pertimbangan, dan KH Zarkasih Nur sebagai Ketua Majelis Kehormatan.
Sedangkan tiga poin yang dimaksud dalam pernyataan itu terkait dengan pidato yang menyinggung "amplop kiai" saat acara yang digelar KPK 15 Agustus 2022 lalu.
Ditambah, pemberitaan pribadi Suharso hingga banyaknya demonstrasi yang minta ia mundur, serta terakhir tentang elektabilitas partai yang rendah.
Anjloknya partai ini terlihat dalam Survei Litbang Kompas yang dikeluarkan Juli 2022, PPP hanya mendapatkan 2 persen. Elektabilitas partai yang berdiri tahun 1973 itu ini bahkan menurun.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) elektabilitasnya mencapai 2,8 persen pada survei Januari lalu, dan menjadi 2,0 persen pada Juni 2022.
Baca Juga: Duduk Perkara Suharso Monoarfa Didesak Mundur, Imbas Pidato Amplop Kiai dan Elektabilitas PPP
Baca Juga: Partai Islam Krisis Figur Kuat, Anies Baswedan Dinilai Bisa Jadi Solusi
Pada 19 Desember 2020, usai terpilih jadi Ketum, Suharso berjanji kepada seluruh kader PPP akan mengembalikan kejayaan yang pernah dimiliki partai.
Ia terpilih secara aklamasi setelah sebelumnya menjadi Plt Ketum DPP sejak 16 Maret 2019 menggantikan Romahurmuzy yang terseret kasus korupsi.
"Insya Allah, PPP akan lolos dari parlementary threshold 2024. Insya Allah partai yang kita cintai ini akan kembali ke masa jayanya, dan ini hanya bisa dilakukan secara bersama-sama. Itu yang bisa saya janjikan," kata Suharso yang terpilih berdasarkan hasil Muktamar IX yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (19/12/2020) silam.
Suharso mengatakan, PPP pernah berjaya pada Pemilu 1999.
Saat itu PPP memperoleh suara sebanyak 11.395.000.
Perolehan suara sebanyak itu ingin diulang Suharso pada Pemilu 2024 mendatang.
"Pada tahun 2019 kita hanya mendapatkan 6,3 juta. Artinya kita akan mengejar dua kali lipat 2019. Target mengembalikan suara kita setidak-tidaknya satu suara di atas yang kita peroleh pada tahun 1999," tuturnya.
Oleh karena itu, PPP akan melakukan kerja-kerja elektoral untuk mengembalikan kejayaan partai.
Suharso juga mengingatkan kepada seluruh kader PPP, bahwa hasil tidak akan pernah berkhianat dengan ikhtiar. Untuk itu, Suharso mengajak para kader agar betul-betul berikhtiar.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) ini percaya apabila hal tersebut dilakukan, maka tujuan bersama akan tercapai.
"Mari kita kumpulkan semua kelebihan-kelebihan kita yang ada dalam diri masing-masing. Kebolehan-kebolehan kita, kearifan-kearifan kita, kita satu padukan menjadi sebuah kekuatan untuk memenangkan Pemilu 2024," tuturnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.