JAKARTA, KOMPAS.TV- Dalam catatan masa gemilang Kerajaan Majapahit, tercantum nama Putri Gayatri. Nama lengkapnya, Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa yang hidup dalam abad ke-13 berasal dari Kerajaan Singasari di masa Kertanegara.
Gayatri adalah istri Raden Wijaya, raja pertama Majapahit (1293-1309). Karena itu dia pun diberi gelar Rajapatni alias pendamping raja.
Dari pasangan ini, lahir keturunan yang mewarisi kerajaan Majapahit, yaitu Tribhuwana Tunggadewi dan Hayam Wuruk.
Kisah hidup Putri Gayatri sarat dengan intrik, pembunuhan dan pemberontakan yang terjadi dalam lingkungan kerajaan masa lalu.
Sejarawan dan mantan diplomat University of British Columbia, Kanada, Prof Paul Drake pernah menulis sosok Gayatri dalam bukunya, “Gayatri Rajapatni, Perempuan Di Balik Kejayaan Majapahit,” terbit pada 2012 silam.
Salah satu yang terkenal adalah kala dia menyamar berada dalam lingkungan musuh.
Baca Juga: Tim BPCB Temukan Candi Kelir Peninggalan Kerajaan Majapahit
Peristiwa itu terjadi ketika istana Singasari diserang oleh pasukan Kediri sehingga menewaskan kedua orang tuanya. Gayatri yang sedang asik belajar di kamar belakang luput dari pembantaian.
Untuk menyamarkan dirinya Gayatri berganti nama menjadi Ratna Sutawan, menanggalkan baju kebesaran istana dan berpura-pura menjadi puteri pegawai rendahan keraton.
Bersama Sodrakara pengasuhnya, mereka ikut diboyong ke Kediri menjadi tawanan dan ditempatkan di bangsal perempuan Keraton Kediri.
Sebelum meninggalkan istana, ia meminta ijin kepada Sodrakara agar diantarkan melihat jasad orang tuanya untuk memberi sembah terakhirnya.
Selama penyamaran, dia berhasil mendapat banyak informasi sekaligus menyusun strategi membangkitkan kerajaan peninggalan orang tuanya yang sudah hancur.
Ambisinya kembali mencuat setelah bertemu dengan Pangeran Wijaya, lelaki yang juga berhasil menyelamatkan diri dari serangan pasukan Kediri.
Ketika Pangeran Wijaya masuk ke Kediri sebagai pasukan yang menyerah, dalam sebuah arak-arakan, dia menatap Gayatri.
Keduanya merasakan getaran yang sama, mereka bisa saling bekerjasama sekaligus menjalin cinta.
Di basis musuh, pasangan ini kemudian menyusun rencana untuk membangun kembali sebuah dinasti baru dengan seorang pemimpin baru yang tetap mengusung visi Kertanagara. Dia pun menyusun strategi dengan membangun kekuatan dari Madura.
Mereka mempersiapkan penyerangan ke Kediri, bersekutu dengan pasukan China Mongol yang mendarat di Jawa pada 28 Maret 1293.
Kediri akhirnya ditaklukkan pada 29 April 1293, Gayatri pun diselamatkan oleh Wijaya dan dibawa ke Majapahit untuk diperistri.
Menurut Drake, patut diyakini Gayatri adalah think tank di balik masa paling cemerlang dalam sejarah Nusantara, yakni Majapahit era Tribhuwana Tunggadewi dan Hayam Wuruk yang dibantu Gadjah Mada.
Bahkan, Gayatri juga diyakini yang merekrut Mahapatih Gadjah Mada bahkan patut diduga ada di balik pembunuhan raja sah Majapahit, Jayanegara (1309-1322).
Sang Patih Gadjah Mada digembleng oleh Putri Gayatri tanpa melihat asal usul dan latar belakangnya.
Baca Juga: Momen Pengambilan Tanah dan Air di Bekas Kerajaan Majapahit untuk IKN
Tidak mengherankan, sastrawan era itu, Mpu Prapanca memujinya dalam kitab Negarakertagama.
"Adalah watak Rajapatna Gayatri yang agung, sehingga mereka menjelma pemimpin besar dunia, yang tiada tandingannya. Putri, menantu, dan cucunya menjadi raja dan ratu. Dialah yang menjadikan mereka penguasa dan mengawasi semua tindak tanduk mereka (Negarakertagama, bab 48).
Gayatri meninggal dengan tenang pada 1350 di usia 76 tahun, di saat sang putri Tribhuwana turun dari singgasana dan menyerahkan kekuasaan kepada putera mahkota Hayam Wuruk.
Di masa Patih Gadjah Mada dan Raja Hayam Wuruk inilah, keemasan Majapahit terjadi. Luas wilayahnya tersebar hingga seluruh Nusantara. Hal itu karena Putri Gayatri selalu memberikan saran bahkan ikut mengatur strategi.
Sumber : Kompas TV/berbagai sumber
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.