“Masing-masing tumbuh 21,3% dan 9,8% pada Triwulan II 2022. Pada Juli 2022, IndikatorPurchasing Managers’ Index (PMI) meningkat menjadi 51,3%, mencerminkan arah pemulihan yang semakin kuat pada Semester II,” kata Jokowi.
Tak hanya itu, laju inflasi Indonesia masih jauh lebih moderat dibandingkan dengan negara lain.
Sebagai informasi, per Juli, tingkat inflasi Indonesia sebesar 4,9% (YoY).
“Hal itu ditopang oleh peran APBN dalam menjaga stabilitas harga energi dan pangan,” ucap Jokowi.
“Konsekuensinya, anggaran subsidi dan kompensasi energi pada tahun 2022 meningkat menjadi Rp502 triliun.”
Baca Juga: Jokowi Sampaikan 5 Agenda Penting dalam Pidato Kenegaraan HUT ke-77 RI, Ini Rinciannya
Meski demikian, Presiden Jokowi dalam keterangannya mengatakan, masyarakat harus terus waspada. Pasalnya, risiko gejolak ekonomi global masih tinggi.
“Perlambatan ekonomi dunia tetap berpotensi memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestik dalam jangka pendek,” ujarnya.
Di sisi lain, konflik geopolitik dan perang di Ukraina telah menyebabkan eskalasi gangguan sisi suplai yang memicu lonjakan harga-harga komoditas global hingga mendorong kenaikan laju inflasi di banyak negara, tidak terkecuali Indonesia.
Sementara itu, Bank Sentral di banyak negara melakukan pengetatan kebijakan moneter secara agresif.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Demokrasi Harus Semakin Dewasa: Jangan Ada Politisasi Agama dan Polarisasi Sosial
Pengetatan telah menyebabkan guncangan pada pasar keuangan di banyak negara berkembang.
“Konsekuensinya, nilai tukar mata uang sebagian besar negara berkembang mengalami pelemahan,” kata Jokowi.
“Dengan berbagai tekanan tersebut, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global melambat signifikan dari 6,1% di tahun 2021 menjadi 3,2% di tahun 2022 dan 2,9% di tahun 2023.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.