"Rekan-rekan semuanya, itu bahan raw material yang nanti kami analisis untuk menentukan titik-titik mana komunikasi awal yang terjadi di wilayah-wilayah yang terekam dalam cell dump," ujar Anam.
"Kalau ini dipublikasi ya jangan, nanti setelah kesimpulan kita, akhir laporan pasti kita akan bilang. Tapi, sekarang tidak cukup kepentingan (memublikasikan) bagaimana proses membuat terangnya peristiwa."
Anam menjelaskan, cell dump yang dia dapatkan dari tim digital forensik Mabes Polri itu merupakan data komunikasi dalam bentuk digital.
Baca Juga: Masih Kumpul dan Tertawa, Komnas HAM Pastikan Brigadir J Tak Tewas di Perjalanan Magelang-Jakarta
Data tersebut, kata dia, tidak memuat percakapan langsung dengan bahasa manusia, tetapi komunikasi yang terjadi antara teknologi dan teknologi.
"Itu komunikasi antara teknologi dengan teknologi, bukan orang dengan orang. Jadi itu jaring laba-laba, siapa menghubungi siapa, dan siapa terhubung dengan siapa ada di situ," ucap Anam.
Sebelumnya, sebuah akun di media sosial Twitter bernama @kr1t1kp3d45_pro mengunggah sebuah video yang memperlihatkan Komisioner Komnas HAM Choirul Anam memegang kertas dengan cara melipat sebagian permukaannya.
Baca Juga: Autopsi Ulang Jenazah Brigadir J, Keluarga Minta Organ Tubuh Diperiksa secara Teliti
Dalam video yang diunggah pada 28 Juli pukul 08.21 WIB tersebut, dinarasikan Komnas HAM tak mau terbuka atas penyelidikan kasus yang menewaskan Brigadir J.
"Mereka Semua Pemain Sinetron, Tidak Mau Terbuka & Transfaran ?? Bharada E pun Ketika Di Tanya Wartawan BUNGKAM ?? Drama Komnas HAM ????" tulis akun tersebut.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.