"Bayangkan, pemerintah harus menyubsidi (besarnya luar biasa) dan subsidi itu lari kepada orang-orang yang tidak tepat karena subsidinya subsidi barang," ujar Moeldoko.
Karena sebab itulah, dia mengatakan, pemerintah saat ini sedang memikirkan untuk mengubah skema pemberian subsidi. Nantinya, subsidi diberikan tidak lagi ke barang tetapi dialihkan ke orang.
"Agar betul-betul address-nya jelas, mereka yang berhak, itu yang seharusnya mendapatkan (subsidi)," ucap Moeldoko.
"Tetapi justru sekarang, karena subsidinya dalam bentuk barang, orang menengah ikut menikmati subsidi itu dengan tidak malu-malu. Orang kaya menikmati. Orang menengah menikmati."
Baca Juga: Pengamat Sebut Kendala Terbesar Penanganan Kasus Tewasnya Brigadir J Ada pada Iktikad Baik Polri
Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya kembali menyinggung soal kemampuan APBN menanggung subsidi BBM di Tanah Air.
Jokowi memberikan gambaran jika APBN tidak mampu lagi menanggung subsidi tersebut. Menurut dia, kenaikan harga BBM berkemungkinan dapat terjadi sebagaimana kondisi di sejumlah negara.
"(Harga bensin) kita masih Rp7.650, karena apa? disubsidi oleh APBN. Jangan tepuk tangan dulu, ini kita masih kuat dan kita berdoa supaya APBN tetap masih kuat memberi subsidi," ujar Jokowi.
"Kalau (APBN) sudah tidak kuat, mau gimana lagi? Ya kan? Kalau BBM naik, ada yang setuju?"
Baca Juga: Moeldoko Soal Kasus Baku Tembak Sesama Polisi di Rumah Kadiv Propam, Ini Katanya
Menurut Jokowi, kenaikan harga jual minyak dunia ini dipengaruhi oleh perang Ukraina-Rusia dan kondisi pandemi.
Dia mengungkapkan, saat masih normal, harga minyak dunia 60 dolar AS per barrel. Sementara saat ini harganya naik menjadi 110-120 dolar AS per barrel.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.