Baca Juga: Kisah Hoegeng, Polisi Teladan yang Membuat Gus Dur Menciptakan Guyonan Melegenda
Sisi lain Jenderal Hoegeng adalah hobinya bersepeda tanpa pengawalan.
Diceritakan oleh putranya Adit, sapaann putra Hoegeng, sang ayah punya beberapa sepeda ontel dan seringnya bersepeda tanpa mau dikawal oleh para anak buahnya.
“Bahkan pernah ke rumah Pak Jenderal Yusuf di Jalan Teuku Umar, pakai sepeda. Pakai sepeda ontel itu ke mana saja. Ke pasar rumput naik sepeda," ujarnya.
"Beliau Tidak pernah mau dikawal. Beliau mau dekat dengan masyarakat," tambahnya.
Selain itu, sebagai elite kepolisian, di rumahnya juga tidak ada pos jaga.
Menurut Adit, tidak ada pos jaga di rumahnya itu lantaran inisiatif dari beliau.
“Beliau tidak mau ada pos jaga di rumah kita dulu. Sama sekali tidak ada. Tiap orang boleh datang," katanya.
Adit pun cerita, ayahnya sebenarnya ditawari motor keren di zamannya dari perusahaan bernama Lambretta.
Bahkan, motor itu sudah dikirimkan ke ayahnya.
Tapi Jenderal Hoegeng justru minta ajudannya mengembalikannya. Padahal, Adit sendiri ingin motor itu.
“Padahal saya waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” ujarnya.
Itulah kisah Hoegeng, sosok yang akan selallu dikenang tiap 1 juli ketika Indonesia memperingati Hari Bhayangkara.
Sosok ini berpulang pada14 Juli 2004. Hoegeng meninggal dunia pada usia 82 tahun dan dimakamkan di Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU) Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sumber : Kompas TV/Motor Plus
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.