JAKARTA, KOMPAS.TV – Nama Mahbub Djunaidi diabadikan jadi nama jalan di DKI Jakarta, tepatnya di Jala Srikaya, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat.
Mahbub Djunaidi adalah satu dari 22 tokoh nama Betawi yan diabadikan sebagai nama jalan di DKI Jakarta.
"Dari Betawi dilahirkan begitu banyak pribadi-pribadi yang hidupnya memberikan kemajuan," ujar Anies dalam rekaman suara, Senin (20/6/2022).
Lantas, siapakah Tokoh Betawi satu ini?
Mahbub Djunaidi sendiri dikenal sebagai seorang jurnalis dan novelis yang terkenal di zamannya.
Ia juga disebut sebagai pendekar pena karena keahliannya di bidang tulis menulis yang begitu jenaka.
Mahbub lahir di Jakarta 27 Juli 1933. Ia menulis banyak karya dan kolom-kolom di pelbagai media. Salah dua kolomnya yang terkenal adalah Kolom demi Kolom dimuat di Tempo dan Asal-asul di Kompas.
Salah satu karya terkenalnya adalah Novel bertajuk bertajuk Dari Hari ke Hari.
Novel ini mengisahkan tentang perjalanan seorang bocah yang harus pergi dari Jakarta menaiki kereta api ketika masa-masa revolusi Indonesia terjadi.
Paus Sastra Indonesia, HB Jassin mengungkapkan, sebagai pengarang, Mahbub memiliki gaya asli yang tercipta oleh lingkungannya sebagai wartawan, bukan sesuatu yang dicari-cari.
Tulisannya, kata HB Jassin, merupakan campuran antara jurnalistik dan sastra.
Minat Mahbub dalam dunia sastra itu akhirnya membuahkan hasil dengan diraihnya penghargaan DKJ untuk novelnya berjudul Dari Hari ke Hari itu.
Novel setebal 147 halaman itu pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1975 dan tahun 1976 diterbitkan kembali oleh Penerbit Pustaka Jaya.
Selain novel itu, ia juga menulis beberapa novel dan cerita pendek, serta menjermahkan beberapa karya, yang paling terkenal adalah novel Binatangisme, terjemahan dari Animal Farm karya George Orwell.
Baca Juga: Anies Baswedan Resmi Mengganti 22 Nama Jalan di Jakarta, Pakai Nama Tokoh Betawi
Mahbub Djunaedi lebih dikenal sebagai tokoh pers, politisi, kolumnis, dan agamawan daripada seorang sastrawan.
Dikutip dari Ensiklopedi Sastra Indonesia Kemendikbud, kariernya dalam bidang jurnalistik itu makin berkembang setelah ia menjabat Pemimpin Redaksi Duta Masyarakat (1960—1970), yakni surat kabar yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama.
Mahbub Djunaidi juga diangkat sebagai Wakil Ketua PWI Pusat (1963) dan Ketua Umum PWI Pusat (1965—1970).
Selain dikenal sebagai pendekar pena, Mahbub Djunaidi juga aktif berorganisasi.
Ia adalah pendiri Ketua Umum Pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tahun 1960—1967, dan Ketua Gerakan Pemuda Ansor.
Mahbub Djunaidi iangkat menjadi Wakil Sekjen Nahdlatul Ulama (NU) dan Wakil Ketua I PBNU periode 1970—1979 dan 1984—1989.
Selain itu, partai NU juga menunjuknya sebagai wakil di DPR periode 1977—1982.
Setelah melang melintang di dunia pers dan aktivisme, sang pendekar pena itu berpulang sekitar pukul 03.30 pada tanggal 1 Oktober 1995 di kediamannya, Jalan Taman Karawitan, Bandung.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.