Ia mengklaim angka tersebut jauh lebih murah dibandingkan negara-negara lain yang sudah naik 30-40 persen, bahkan melewati angka 60 persen.
Kenaikan harga barang-barang tersebut, lanjut dia, menyebabkan angka inflasi melonjak. Bahkan, di Amerika Serikat kenaikan inflasinya mencapai 8,3 persen, padahal sebelumnya tak pernah lebih dari satu persen.
Sementara, lonjakan inflasi di Turki mencapai hampir 70 persen.
Berkaca dari beberapa negara, Jokowi bersyukur inflasi di Indonesia masih di angka 3,5 persen.
"Tetapi karena kita menahan Pertalite, menahan gas, menahan listrik, begitu itu kita ikutkan ke harga perekonomian ya pasti inflasi kita akan mengikuti, naik," ucap Jokowi.
Menurutnya, dalam beberapa waktu belakangan, semua negara mengalami situasi sulit. Sedianya, saat pandemi virus Corona usai, setiap negara merencanakan pemulihan ekonomi.
Baca Juga: GM Pertamina Jateng: Ada Aturan dalam Distribusi BBM Bersubsidi dan Ini Menyalahi
Namun, ketidakpastian global terus menerus terjadi. Ditambah lagi dengan perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai.
Oleh sebab itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga berharap para menteri, kepala lembaga, jajaran kepala daerah, hingga pimpinan BUMN memiliki kepekaan atau sense of crisis atas keadaan ini.
Ia juga mewanti-wanti jajarannya agar memanfaatkan anggaran secara tepat.
"APBN kita, APBD kita, anggaran yang ada di BUMN, betul-betul harus kita pegang erat agar pemanfaatannya bisa betul-betul fokus ke titik yang kita tuju. Karena uangnya gede banget, besar sekali," urai pria yang pernah menjadi Walikota Solo itu.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.