Menurut Guswanto, untuk kasus di Indonesia, cuaca panas lebih dipengaruhi beberapa faktor seperti pemanasan sinar matahari yang optimum pada siang hari.
"Posisi semu matahari saat ini berada di utara ekuator (khatulistiwa) tapi belum sampai di titik terjauh di utara yang biasa terjadi pada Juni. Sehingga sinar matahari di wilayah Indonesia pada April-Mei masih cukup signifikan," katanya.
Guswanto menambahkan, tingkat perawanan yang kurang turut menjadi faktor cuaca panas. Ia pun menyebut cuaca panas ketika musim pancaroba bisa diikuti tingkat kelembapan tinggi. Sehingga warga berpotensi merasa gerah atau sumuk.
Menurut Guswanto, kondisi cuaca panas seperti belakangan ini berpotensi bertahan hingga akhir Mei 2022.
Pasalnya, posisi semu matahari pada periode itu semakin menjauh ke utara dan aliran udara dingin yang dibawa angin monsun Australia mulai aktif.
“Monsun Australia musim dingin biasanya membawa massa udara dingin dari selatan dan setidaknya berpengaruh pada kondisi suhu di wilayah indonesia secara tidak langsung," kata Guswanto.
Baca Juga: Cuaca Panas Diprediksi hingga Pertengahan Mei, BMKG Imbau Masyarakat Jaga Stamina
Untuk menghadapi cuaca panas, BMKG pun mengeluarkan sejumlah imbauan bagi masyarakat.
BMKG mengimbau agar masyarakat menghindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari dalam waktu lama. Terutama jika kondisi fisik sedang tidak prima.
BMKG juga mengimbau warga untuk melengkapi diri dengan perlindungan dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan.
Selain itu, BMKG mengimbau agar masyarakat memperbanyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi dan heatstroke.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.