Pasien Covid-19 yang mengalami gejala ringan, sedang, atau berat akan berbeda-dampaknya terhadap paru-paru.
Pasien dengan gejala ringan cenderung lebih jarang memiliki cedera di jaringan paru yang bertahan lama.
Pasien yang memiliki penyakit komorbid seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau penyakit jantung yang dapat meningkatkan risiko penyakit bertambah parah.
Selain itu, lansia juga lebih rentan mengalami kasus Covid-19 yang parah.
Baca Juga: Apa Boleh Pasien Covid-19 Berpuasa? Ini Penjelasan Ahli
Hal ini terkait dengan jaringan paru yang sudah mengalami penuaan (degeneratif) sehingga kondisinya lebih tidak fleksibel jika dibandingkan dengan jaringan paru pada seseorang yang berusia lebih muda.
Pada pasien dengan gejala berat, perawatan yang tepat selama di rumah sakit dapat meminimalkan kerusakan paru-paru.
Pemulihan pasien dan kesehatan paru-paru jangka panjang akan bergantung pada jenis perawatan apa yang mereka dapatkan, dan seberapa cepat pengobatan dilakukan.
dr Amira mengatakan ada 6 kelompok yang rentan terhadap post Covid-19 syndrome atau long Covid-19.
Kelompok ini adalah pasien berjenis kelamin perempuan, usia di atas 50 tahun, memiliki lebih dari lima gejala ketika terinfeksi, etnis kulit putih, mempunyai komorbid, dan obesitas.
Biasanya pasien dengan sindrom pernapasan pascaCOVID-19 diberi dua jenis terapi, yakni terapi farmakologis dan non-farmakologis
Terapi farmakologis lewat dilakukan obat-obatan yang diberikan sesuai gejala untuk mengurangi batuk dan sesak, juga diberi vitamin.
Sementara, terapi non-farmakologis dilakukan dengan rehabilitasi paru, terapi oksigen, psikoterapi, olahraga sesuai kemampuan dan nutrisi.
"Karenanya, pasien sangat disarankan untuk berkonsultasi ke dokter dan melakukan evaluasi pada satu, tiga, dan enam bulan selepas dinyatakan sembuh dari Covid-19," ujarnya.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.