“Ini kan juga berkah buat kami orang-orang di Lombok, supaya pariwisata bangkit lagi,” imbuhnya.
Baca Juga: MotoGP Mandalika Usai, Sandiaga Sebut Nilai Ekonominya Tembus Rp500 Miliar
Ibu tiga anak ini datang menonton MotoGP bersama dua orang rekannya. Saat itu, ketiganya juga harus merasakan berjalan kaki ke area parkir lantaran menanti shuttle bus yang tak kunjung datang menjemput.
“Ada seorang ibu dari luar daerah yang jalan dekat kami. Dia juga capek, tapi tidak mengeluh. Dia bilang begini, 'Yah, anggap saja buat latihan jalan kaki, tawaf di Mekkah!'” ujarnya menceritakan pengalamannya.
“Untung pemandangannya bagus, jadi terhibur,” timpal Elfina (47), rekan Husnawarah, mengenang pengalamannya berjalan kaki ke area parkir sirkuit.
"Tapi ya tetap senang, bangga. Belum tentu lima tahun ke depan bisa merasakan seperti ini lagi," seloroh Husnawarah.
Baca Juga: Hujan Deras Bikin Race MotoGP Tertunda, Pawang Hujan: Saya Emosi karena Tak Dapat ID All Access
Kebanggaan menjadi bagian dari perhelatan akbar itu juga membuat Mindartini (47) melupakan penyakit autoimun yang dideritanya.
Sempat dirawat di tenda medis Sirkuit Mandalika selama beberapa jam pada hari terakhir MotoGP, perempuan asal Sumbawa Barat ini hanya sempat menonton 5 lap terakhir balapan MotoGP.
“Saya akhirnya bisa menonton 5 lap terakhir MotoGP. Rasanya bahagia bukan main. Senang, bangga, karena event ini digelar di daerah kita. Sampai menangis saya duduk di tribun,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Bagaimanapun, meski dinilai sukses besar, gelaran MotoGP Mandalika memang belum sempurna. Tetapi, bukan tak mungkin diperbaiki. Agar pada gelaran serupa mendatang, kita bisa sama-sama berbenah.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.