Alhasil, mayoritas perempuan dianggap lemah karena adanya ketimpangan gender. Ketimpangan ini membuat perempuan berada dalam posisi harus tunduk dan taat pada laki-laki.
Saat menjadi korban kekerasan seksual, perempuan sering diancam oleh pelaku laki-laki, misalnya akan menyebarkan rekamannya ke internet.
Ancaman itu membuat mereka takut karena adanya jejak digital dan keberpihakan publik pada laki-laki.
Para korban justru sering kali disalahkan balik saat melapor ke instansi. Mereka menyalahkan perempuan karena tak hati-hati dan memancing untuk dijahati.
Selain itu, tak adanya kepastian hukum soal isu ini, membuat posisi perempuan semakin lemah.
Relasi kuasa berarti ketimpangan dalam posisi. Misalnya, suami dan istri atau atasan dan karyawan. Relasi kuasa merupakan penyebab umum dari langgengnya praktik kekerasan.
Baca Juga: Menteri PPPA Desak Polisi Segera Tangkap Pelaku Kekerasan Seksual terhadap Bayi 15 Bulan
Kekuasaan membuat orang yang berada di posisi atas memiliki kekuatan. Oleh karena itu, sering kali kedudukan perempuan di masyarakat memiliki status lebih rendah dari laki-laki.
Status yang lebih rendah ini membuat perempuan rentan terkena berbagai macam kekerasan.
Untuk mencegahnya, diperlukan relasi yang sehat. Batasi interaksi atasan dan karyawan hanya dalam hal-hal profesional.
Jangan sampai atasan menyalahgunakan kewenangan posisinya untuk berbuat sesukanya.
Masyarakat juga harus paham bahwa semakin mereka mengagungkan laki-laki, makin tinggi dominasi mereka. Dan, jangan sampai menutup mata ketika terjadi kekerasan. Bantulah korban karena kekerasan dalam bentuk apa pun tak pernah dibenarkan.
Dengarkan kisah-kisah kriminal para pemburu berantai lainnya dalam balutan audio drama melalui siniar Tinggal Nama. Ikuti siniarnya agar kalian tak ketinggalan setiap episode terbarunya.
*Penulis: Alifia Putri Yudanti & Ikko Anata
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.