Sewaktu SMA, ia justru tidak menyukai pelajaran sejarah. Ia lebih memilih matematika sebagai pelajaran yang paling disukainya.
Sejak kecil, Butet sudah menyukai alam bebas. Idolanya adalah tokoh Dr. Henry Walton Jones, Jr., atau dikenal dengan sebutan Indiana Jones, tokoh utama pada seri film dengan nama serupa.
Karena itulah ia memiliki cita-cita untuk bekerja di tengah hutan, gunung dan alam bebas lainnya. Ia mengaku tidak ingin hanya bekerja di dalam kantor.
Setelah menjadi sarjana Antropologi di Unpad, Butet melihat lowongan di surat kabar dari salah satu LSM yang bergerak di bidang konservasi di Jambi.
Menurutnya, saat itu, menjadi fasilitator pendidikan pada komunitas Orang Rimba, atau komunitas peburu-peramu yang hidupnya nomaden adalah pekerjaan yang ia impikan selama ini.
Hingga pada 1999 ia langsung terjun ke hutan. Tentu saja saat itu masyarakat Rimba menolak kehadirannya.
Namun, Butet merupakan perempuan yang gigih. Untuk bisa diterima, ia mulai menyesuaikan diri seperti Orang Rimba seperti memakai sarung berkemban, ikut berburu dan memakan apa saja yang mereka makan, mulai dari kancil, landak, ular, hingga kelelawar.
Setelah melakukan pendekatan lebih 7 bulan, Orang Rimba akhirnya mau menerima dan akrab dengan kehadirannya.
Baca Juga: Jakarta PPKM Level 2, DKI Tunggu Kebijakan Pusat soal PTM
Pengalamannya merintis program pendidikan di komunitas adat Orang Rimba telah ditulis dalam sebuah buku berjudul "Sokola Rimba" yang terbit pertama kali tahun 2007.
Buku dan kisahnya juga diadaptasi dalam layar lebar dengan judul "Sokola Rimba" oleh produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza pada tahun 2013 serta berhasil mendapatkan penghargaan internasional.
Butet Manurung juga pernah menempuh pendidikan Pembangunan Partisipatif di Australian National University, Canberra dan pernah mengikuti kursus Global Leadership and Public Policy di Harvard Kennedy School, Universitas Harvard, USA tahun 2012.
Penghargaan yang pernah diterima Butet Manurung adalah “Nobel Asia” Ramon Magsaysay Award 2014, Penghargaan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015, Ernst and Young Indonesia Social Entrepreneur of the Year 2012, Young Global Leader 2009, Ashoka Fellow 2006, Time Magazine’s Hero of Asia 2004, Unesco’s Man and Biosphere Award 2001, dan lain-lain.
Sumber : unpad.ac.id, wikipedia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.