Kompas TV nasional agama

Kenapa Lembaga Negara Bisa Disusupi Penceramah Radikal? Ini Penjelasan MUI

Kompas.tv - 5 Maret 2022, 11:06 WIB
kenapa-lembaga-negara-bisa-disusupi-penceramah-radikal-ini-penjelasan-mui
Gus Najih saaat menjelaskan kronologi kelompok radikal bisa menyusupi lembaga negara (Sumber: Kompas.tv/Ant/HO-BNPT)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sekertaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) Dr M Najih Arromadloni menjelaskan kenapa lembaga negara bisa tersusupi penceramah yang diduga berpaham radikal.

Gus Najih, panggilan karibnya, mengatakan paham radikalisme terbukti telah menyusup di lingkungan kampus, institusi pemerintah (TNI, Polri hingga Aparatur Sipil Negara/ASN), rumah ibadah, ormas, bahkan lembaga pendidikan.

Secara khusus, Gus Najih menyebut istilah bernama Tholabun Nusrah sebuah konsep dan gerakan yang digunakan para penceramah berpaham radikal ini untuk masuk ke Lembaga negara.

"Lembaga negara itu memang menjadi salah satu sasaran utama infiltrasi menggunakan pola pergerakan yang dikenal dengan istilah Tholabun-Nusroh," ujar Gus Najih dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (4/3/2022).

Gus Najih lantas menjelasan lebih lanjut soal Tholabun-Nusrah ini. Tholabun Nusrah ini adalah gerakan yang kerap digunakan oleh kelompok Hizbut Tahrir.

Caranya adalah dengan mengelabui pihak-pihak yang dianggap memiliki kekuatan dan dapat memberikan perlindungan.

Oleh karenanya, MUI minta institusi TNI-Polri ini dijadikan sasaran oleh kelompok tersebut dalam melanggengkan visinya untuk menyebarkan paham radikal.

"Kelompok mereka ini berusaha mengelabui tentara, polisi, anggota intelijen dan lini lini strategis pemerintahan yang lain. Nah ini tentu saja yang harus diwaspadai karena kedepannya dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa," jelas pria yang merupakan Sekjen Ikatan Alumni Suriah (Syam) Indonesia ini.

Sebelumnya seperti diberitakan KOMPAS.TV, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan soal potensi penceramah radikal ini saat memberikan pengarahan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (1/3/2022).

Lebih khusus, Jokowi berpesan kepada istri dari personel TNI-Polri untuk tidak mengatasnamakan demokrasi saat mengundang penceramah radikal dalam pengajian.

“Ibu-ibu kita juga sama, kedisiplinannya juga harus sama. Enggak bisa, menurut saya, enggak bisa ibu-ibu (istri personel TNI-Polri) itu memanggil, ngumpulin ibu-ibu yang lain memanggil penceramah semaunya atas nama demokrasi,” ujar Jokowi.

Baca Juga: KSAD Jenderal Dudung Peringatkan Pangdam hingga Danrem: Jangan Undang Penceramah Radikal!

Potensi Infiltrasi Penceramah Radikal Lewat Pengajian dan Majelis Taklim 

Gus Najih lantas melanjutkan, saat ini kondisi keberagamaan di Indonesia  sedang meninggi dan menurutnya terbukti dengan banyaknya pengajian dan majelis taklim, baik di lingkungan rumah hingga lembaga negara.

"Semangat beragama masyarakat Indonesia saat ini tentunya harus disambut baik, tetapi pengetahuan agama yang tidak tepat. Alih-alih berbuat kebaikan, yang ada justru seseorang bisa terjerumus dalam keburukan," tuturnya.

Gus Najih mengatakan semangat beragama yang tinggi ini tentunya harus diimbangi dengan ilmu yang mumpuni juga sebagaimana dalam Hadits Nabi mengatakan bahwasanya Allah SWT membenci terhadap kebodohan.

"Artinya apa, orang yang semangat beragama juga harus semangat menambah ilmu, memperdalam ilmu agar supaya dia beragama yang benar," ujarnya.

Baca Juga: Jokowi soal Istri Personel TNI-Polri Undang Penceramah Radikal: Tentara dan Polisi Tidak Bisa Begitu

Pendiri Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation ini menjelaskan, perlu mendapat perhatian, terutama adanya fakta bahwa oknum penceramah radikal sudah mulai masuk dan menginfiltrasi aparat dan instansi negara melalui majelis dan pengajian.

"Kita mendapati fakta, di TNI yang nasionalismenya dianggap sudah paripurna itu ada 4 persen yang terpapar, sehingga bagaimana caranya harus dicegah dan dievaluasi,” ucapnya.

Gus Najih juga mengatakan ada banyak faktor yang membuat instansi negara kerap ‘kecolongan’ yang telah menjadikan oknum penceramah dengan visi menyebarkan paham radikal sebagai narasumber dalam majelis.

"Ada banyak faktor, salah satunya adalah faktor ketidaktahuan. Mungkin hanya berdasarkan bahwa si penceramah itu populer atau mudah diundang. Kedua, bisa jadi karena memang sudah terpapar," jelasnya. 

Untuk itu, katanya, perlu ditanamkan kesadaran dan pengetahuan kepada khususnya anggota serta keluarga ASN, TNI, dan Polri untuk dapat mengenali para pemuka agama moderat yang membawa kepada konsep agama sebagai rahmat.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x