Ada orang suruhan dari kasus penganiayaan aktivis yang juga Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), adalah hasil sementara penyelidikan Polisi.
Namun belakangan mengemuka, bahwa dalang utama dari kasus ini adalah sosok kuat dan berduit.
Korban yakin, targetnya mati atau setidaknya cacat.
Bagaimana sesungguhnya kasus ini terjadi?
Senin (21/2/2022) pekan lalu, bisa jadi merupakan hari terburuk bagi Haris Pertama, aktivis berusia 38 tahun ini.
Betapa tidak, kesempatan, rencana pertemuannya dengan sejumlah kawan di sebuah rumah makan masakan melayu di Cikini, Jakarta Pusat, tiba-tiba berujung pada serangan membabi buta terhadapnya.
Ia diserang persis setelah turun dari mobilnya dan kemudian dipukuli dalam waktu beberapa menit. Korban yakin, targetnya mati atau cacat!
"Saya yakin pesannya agar saya mati atau setidaknya, cacat permanen," kata Haris di Program AIMAN Kompas TV, yang tayang setiap Senin, pukul 20.30 WIB.
Alasan yang cukup masuk akal, karena selain diteriaki mati dan bunuh, Haris tanpa henti dianiaya sekitar 5 menit hanya di bagian kepala.
Penganiayaan berhenti, saat kawannya yang sudah tiba di rumah makan itu, menyadari bahwa Haris tidak kunjung masuk ke dalam restoran.
Ternyata Haris sebelum turun dari mobil dan dianiaya secara bersama-sama, sempat menuliskan pesan singkat kepada sang teman, bahwa dirinya sudah sampai di area parkir rumah makan.
Sang teman keluar dan menemukan Haris dalam kondisi jongkok melindungi kepala dan wajah yang sudah sebagian terluka parah dan mengeluarkan darah cukup banyak.
Temannya yang bernama Arga pun langsung berteriak dan memukul salah satu dari beberapa orang penganiaya Haris hingga mereka seketika kabur tunggang langgang.
Kerja cepat polisi berhasil menangkap 3 orang penganiaya Haris dari 5 orang yang berada di lapangan saat kasus terjadi. Belakangan satu orang lainnya menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya.
Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol. Tubagus Ade Hidayat mengungkapkan, ada 1 orang yang bernama Sarifudin Samual (SS), yang dari hasil penyelidikan ditemukan fakta bahwa dia menyuruh keempat lainnya untuk menganiaya aktivis yang juga Ketua Umum KNPI Haris Pertama.
"Kemudian SS beri perintah untuk melakukan itu [pengeroyokan],” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat, saat jumpa pers (22/2/2022) terkait kasus ini.
Seluruh penganiaya dan penyuruhnya tidak ada kaitan dan tidak saling mengenal dengan Haris Pertama.
Di sini memunculkan pertanyaan, ada apa dengan Haris. Sementara untuk utang-piutang telah dibantah oleh pihak Kepolisian. Pengeroyok diketahui merupakan debt collector.
"DC (debt collector) itu pekerjaannya, bukan pekerjaan hariannya. Tetapi bukan berarti harus ada utang, artinya bukan begitu. Yang jelas faktanya pekerjaannya itu," kata Kombes Tubagus Ade Hidayat saat dihubungi wartawan, Kamis (24/2/2022).
"Motif masih kami gali. Nanti pengembangan, nanti akan kami kabarkan," ucapnya.
Lalu apa keterkaitan Haris dengan kasus penganiayaan ini.
Saya mencoba menanyakan kepada Haris. Karena Haris memang dikenal kritis, dan kerap melaporkan sejumlah kasus hukum. Sebut saja, kasus dugaan suap pajak sebuah pabrik gula terkenal, lalu menjadi pelapor kasus dugaan ujaran kebencian, eks politisi Demokrat Ferdinand Hutahaean yang kasusnya masih bergulir di Pengadilan, juga menjadi pelapor kasus dugaan ujaran kebencian Abu Janda awal 2021 lalu.
Selain itu ia dikenal kerap mengkritisi lembaganya sendiri KNPI dan juga Partai Golkar, di mana Haris adalah salah satu kadernya.
Meski demikian Haris membantah, kasus penganiayaan ini terkait dengan pelaporan yang dilakukannya.
"Saya tidak yakin karena kasus yang saya laporkan (kasus Abu Janda dan Ferdinand Hutahaean)," kata Haris di program AIMAN.
Ia justru menduga, penganiayaan ini terkait dengan kekritisannya di internal organisasi di mana ia aktif berkiprah. Meski ia tidak mau berspekulasi lebih jauh.
"Saya duga ini terkait dengan organisasi, tapi saya serahkan kepada pihak kepolisian. Saya berharap kasus ini bisa tuntas sampai ke dalangnya!" kata Haris di program AIMAN Kompas TV.
Lepas dari spekulasi apa pun, bahwa ada fakta yang mengemuka dari para penganiaya yang tidak mengenal, tidak terkait utang-piutang, dan ada indikasi bayaran.
Memang sulit untuk disimpulkan bahwa kasus ini hanya berhenti di orang-orang yang telah ditangkap.
Belakangan beredar surat pemanggilan Politisi Golkar Aziz Samual sebagai saksi dalam kasus pengeroyokan yang menyebabkan luka di bagian kepala Haris. Apakah ada kaitan karena memiliki nama belakang yang sama dengan salah satu tersangka, yakni Sarifudin Samual?
Polisi tentu harus terus mendalami, adakah keterkaitan di antaranya. Meski secara logika hal ini tergolong kasus yang mudah, karena untuk menemukan siapa dalangnya, pasti ada jejak yang tertinggal, entah itu, jejak komunikasi apalagi ditambah dengan pengakuan dari tersangka yang sudah ditangkap.
Apa pun yang terjadi, tidak boleh karena ada perbedaan pendapat, lalu ada serangan layaknya preman.
Jika ini tidak dituntaskan, maka akan luntur nilai demokrasi yang selama ini terus dijaga. Jangan sampai kemudian ia berganti menjadi hukum rimba.
Siapa yang kuat dengan segala cara, maka dia yang akan berkuasa!
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.