“Tapi kan Indonesia tidak begitu, Indonesia Pilkada 2020 tetap menyelenggarakan, Pilkada dengan alasan demokrasi harus tetap berjalan dan Pilkada bisa menjadi stimulus ekonomi,” ucap Titi.
“Nah kalau Pilkada saja bisa menjadi stimulus ekonomi apalagi Pemilu, begitu, di sinilah konsistensi bernegara kita sebenarnya diuji, komitmen berdemokrasi kita diuji,” tambahnya.
Bagi Titi narasi-narasi yang menggunakan pendekatan ekonomi untuk menunda Pemilu sejatinya justru bisa membahayakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
“Karena dianggap stabilitas politik kita tidak terjamin lebih baik,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah telah menyepakati jadwal pemilu akan digelar 14 Februari 2024.
Namun, Muhaimin Iskandar secara tiba-tiba dalam katerangannya memberikan usulan agar jadwal pemilu 2024 ditunda sekitar 1-2 tahun.
Baca Juga: Syarief Hasan Ingatkan Muhaimin Iskandar Usul Pemilu 2024 Ditunda: Kekuasaan Itu Cenderung Korup
Muhaimin Iskandar mengungkapkan, pernyataan tentang usulan penundaan pemilu bukan dilakukan tanpa dasar.
Usulan tersebut, katanya, berangkat dari hasil pertemuan tertutup dirinya dengan para pelaku UMKM, pebisnis, hingga analis ekonomi.
“Biar tidak terjadi freeze, untuk mengganti stagnasi selama dua tahun masa pandemi itu, ya setahunlah atau nggak dua tahun maksimal,” ujarnya.
Sebelum Muhaimin, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia juga sempat menyampaikan usulan untuk pemilu ditunda.
Namun, usulan Bahlil itu direspons tegas oleh sejumlah pihak yang menolak pemilu 2024 ditunda.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.