JAKARTA, KOMPAS.TV - Obsesi diri, menurut politisi Budiman Sudjatmiko, merupakan ide, gagasan, atau pikiran yang mampu berdampak positif jika dimaknai secara baik.
Tak terkecuali, dalam perihal menciptakan hegemoni manusia terhadap lingkungan sekitarnya, seperti yang dilakukan oleh Budiman saat menyuarakan gagasan-gagasan politiknya.
Budiman mengaku, setidaknya ada lima bentuk obsesei diri yang dipercayainya dapat membantu proses tercapainya hegemoni manusia.
Melansir podcast atau siniar Beginu, yang bertajuk 'Budiman Sudjatmiko Merangkai Ide dari Lima Obsesi Diri', berikut KOMPAS TV bagikan lima obsesi diri yang penting untuk membentuk hegemoni manusia.
Baca Juga: Jangan Galau, Ini 9 Cara Melepas Diri dari Pasangan Toxic
Jaminan kebebasan dan perlakuan yang sama bagi setiap orang, sejatinya telah tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1950.
Termasuk hak untuk hidup, kebebasan dari perbudakan dan penyiksaan, kebebasan berpendapat dan berekspresi, hingga hak untuk bekerja dan memperoleh pendidikan.
Namun, nyatanya pelaksanaan berbagai macam hak kebebasan manusia masih jauh dari apa yang diharapkan oleh deklarasi tersebut.
Oleh sebab itu, Budiman meyakini, usaha mewujudkan cita-cita atau harapan harus diikuti dengan sikap memanusiakan manusia. Terlebih jika hendak menciptakan hegemoni tadi.
Untuk mencapai keadilan atau kesetaraan, setiap individu penting bagi Indonesia untuk berbenah diri. Pengupayaan keadilan sosial sesuai dengan pancasila diharapkan agar dapat selalu terwujud di Indonesia.
Dalam hal ini, Budiman Sudjatmiko sudah mengupayakan anggaran untuk dana pengembangan desa sebanyak satu miliar untuk satu tahun. Dana ini berhasil didistribusikan secara merata.
"Pelaksanaannya memang belum optimal tetapi sudah tertulis secara sah," ujar Budiman.
Dana tersebut diharapkan dapat membantu warga desa untuk dapat mengembangkan sektor pencaharian mereka.
Baca Juga: Jangan Abai, Perhatikan Tanda-Tanda Ingin Bunuh Diri pada Remaja dan Pencegahannya
Setelah bebas dan adil, penting pula untuk kita melangkah maju. Melihat pada zaman yang senantiasa berkembang, kita harus bisa menaklukan beberapa hal.
Di antaranya adalah menaklukan ruang agar segala sesuatu menjadi lebih tepat, menaklukan waktu agar segalanya menjadi lebih cepat, dan menaklukan materi supaya segala hal dapat kita ubah bentuknya sehingga berubah fungsinya.
Ketiganya penting untuk terealisasi guna memenuhi hajat hidup orang banyak. Pada tahun 2018, Budiman Sudjatmiko memberikan inovasi terkait era 4.0 indonesia dan realisasinya pada tahun 2020 dengan terbangunnya kawasan industri berbasis teknologi untuk menaklukan hal-hal tersebut.
Kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan yang terlalu pesat tidak sepenuhnya berdampak baik bagi manusia.
Dalam hal ini, manusia harus bisa mempertahankan dirinya agar dapat sepenuhnya menguasai alat-alat yang mereka ciptakan sendiri.
Biar bagaimana pun manusia harus tetap memimpin dan terus berproses untuk masa depan yang lebih baik.
Baca Juga: Jangan Biasakan Self-Diagnose, Karena Bisa Bahayakan Kesehatan Mental
Agar tidak punah, manusia harus bisa memanusiakan dirinya sendiri dan orang lain, serta berdaulat atas nasibnya.
Begitu pula seluruh alat kemajuan yang dikembangkan olehnya. Dalam hal ini, Budiman Sudjatmiko ingin mengembangkan bukit algoritma.
Setelah pekerjaannya selesai, tentu akan ada orang lainnya yang melanjutkan. Jika kelima obsesi diri sudah terwujud, balik lagi ke kebebasan apa yang ingin manusia raih secara bersama.
Perubahan dunia memang akan selalu terjadi, tidak ada manusia yang dapat menghindari itu kecuali dirinya mati. Oleh karenanya, kita harus ikut bergerak.
Budiman Sudjatmiko juga mengungkapkan bahwa undang-undang pemerintah 4.0 sudah ia rumuskan.
Isinya secara ringkas menyinggung persoalan hal yang bisa pemerintah lakukan jika Indonesia suatu saat mengalami bencana nasional, perang, dan epidemi. Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan yang bersifat sangat cepat dan tak terkendali.
Menurutnya, sejarah akan cepat terulang karena disebabkan adanya teknologi informasi. Meskipun begitu, cara berpikir manusia masih sama dengan ribuan tahun yang lalu, yang berbeda hanya isi kepalanya.
Penulis: Nika Halida Hashina & Brigitta Valencia Bellion
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.