JAKARTA, KOMPAS.TV – Mayoritas warga negara Indonesia setuju dengan pemberian vaksin booster dan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM).
Hal itu merupakan hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dilaksanakan pada 15 Januari hingga 17 Februari 2022, dengan total jumlah responden sebanyak 626 orang.
Berdasarkan hasil survei tersebut, sebanyak 50,7 persen responden menyatakan setuju dengan pemberian vaksin booster.
Sementara, responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10,8 persen. Jika dijumlahkan, mayoritas atau 61,5 persen setuju/sangat setuju dengan pemberian vaksin booster.
“Yang sangat tidak setuju 6,4 persen, dan yang tidak setuju 25,8 persen. Jadi cukup banyak juga yang tidak setuju, tapi mayoritas setuju dengan program vaksin booster,” kata Rizka Halida, peneliti senior Indikator Politik Indonesia, saat merilis hasil survei online bertajuk Sikap Publik terhadap Omicron, Vaksin Booster, PTM, dan Protokol Kesehatan, Minggu (20/2/2022).
Baca Juga: Hasil Survei Indikator Politik Indonesia: Warga Taat Prokes Cenderung Puas terhadap Kinerja Presiden
Menurut Rizka, terjadi dinamika hasil survei jika dibandingkan dengan survei tentang vaksinasi booster yang dilaksanakan secara tatap muka pada Desember 2021.
“Di Desember 2021, mayoritas, 54,8 persen tidak setuju dengan kebijakan vaksin booster. Sementara yang setuju masih 41,7 persen,” imbuhnya.
Sementara, terkait vaksinasi untuk anak berusia 3 hingga 12 tahun, ada 42,4 persen yang setuju vaksin untuk anak, dan yang sangat setuju 6,2 persen.
Jika dijumlahkan, total responden yang setuju dan sangat setuju mencapai 48,6 persen.
Sedangkan jumlah responden yang tidak setuju sebanyak 34,6 persen, dan yang sangat tidak setuju ada 10,4 persen.
“Sekitar 45,1 persen tidak atau sangat tidak setuju, dan 48 persen setuju atau sangat setuju.”
Jika dibandingkan dengan survei tatap muka pada Desember 2021, pada saat itu mayoritas tidak setuju dengan pemberian vaksin untuk anak.
Ada 63,2 persen yang tidak atau sangat tidak setuju pada Desember 2021. Sementara yang setuju atau sangat setuju hanya 34,2 persen.
Pembelajaran Tatap Muka (PTM)
Sementara, untuk rencana PTM di sekolah, sebanyak 49,1 persen responden setuju, dan 26,9 persen yang sangat setuju. Jika dijumlahkan, totalnya sekitar 76 persen.
Sedangkan responden yang tidak setuju sebanyak 15,5 persen, dan yang sangat tidak setuju sebanyak 3,4 persen. Jika dijumlahkan ada sekitar 18,9 persen yang tidak setuju atau sangat tidak setuju.
Jika dibandingkan dengan hasil survei tatap muka pada Desember 2021, saat itu, mayoritas setuju dengan pemberlakuan PTM. Tapi persentase responden yang setuju/sangat setuju saat ini cenderung turun.
“Jika di Desember ada 88 persen yang setuju, kini ada 76 persen yang setuju. Sementara yang tidak setuju dari 10,5 persen di bulan Desember menjadi 19 persen di survei online kali ini,” tutur Rizka.
Penerapan Prokes
Untuk pertanyaan tentang penggunaan masker di luar rumah, cuci tangan, dan jaga jarak, serta penerapan protokol kesehatan, mayoritas responden menyatakan setuju.
Sebanyak 49,1 persen atau hampir separuh warga mengaku selalu mengenakan masker saat berkegiatan di luar rumah.
Baca Juga: 66,8 Persen Warga Khawatir Tertular Omicron dan 52,5 Persen tidak Setuju Tes PCR Syarat Perjalanan
Sementara, yang mengaku sering mengenakan masker ada 30,6 persen, yang jarang mengenakan 14,3 persen, dan yang tidak pernah mengenakan 1,1 persen. Sementara yang tidak jawab 4,9 persen.
“Jadi di sini warga mengaku paling banyak selalu mengenakan atau setidaknya sering mengenakan. Pada umumnya dari berbagai kelompok sering mengenakan masker kalau pergi ke luar rumah,” papar Rizka.
Selanjutnya, mengenai mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, sebanyak 46,9 persen mengaku selalu melakukannya, kemudian 38,6 persen sering melakukannya.
Sementara 9,9 persen mengaku jarang mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, 0,3 persen mengaku tidak pernah melakukannya, dan yang tidak menjawab 4,4 persen.
Sedangkan untuk pertanyaan menjaga jarak fisik dengan orang lain, 37 persen mengaku selalu jaga jarak, kemudian yang sering melakukannya 33,3 persen.
Adapun yang mengaku jarang menjaga jarak sebanyak 21,2 persen, yang tidak pernah jaga jarak 3,8 persen, serta tidak menjawab 4,6 persen.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.