Menurut Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Dwi Susanto, Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien.
Cap Go berarti lima belas, sementara Meh artinya malam. Oleh karena itu, Cap Go Meh merupakan perayaan malam kelima belas.
Beberapa sumber menyebut, perayaan Cap Go Meh dilakukan untuk menghormati dewa tertinggi di Dinasti Han.
Namun dalam ajaran agama Konghucu, Cap Go Meh diperingati sebagai sarana berdoa kepada orang tua. dan memohon kepada Tuhan atau Tian.
Dwi mengatakan, nama Cap Go Meh hanya ada di Indonesia karena pengaruh dari bahasa Hokkien. Sedangkan negara-negara lain memiliki istilahnya sendiri.
Baca Juga: Sambut Perayaan Cap Go Meh, Banyak Promo Diskon dari Restoran Cepat Saji hingga Tiket Pesawat
Dunia mengenal perayaan ini sebagai Lantern Festival atau Festival Lentera (Lampion). Sementara di Tiongkok, Cap Go Meh disebut sebagai Yuánxiojié atau Shàngyuánjié.
Dulunya, kata Dwi, perayaan ini hanya dilakukan di lingkup lingkungan kecil seperti keluarga. Namun karena diadaptasi dengan budaya Indonesia, Cap Go Meh menjadi suatu perayaan besar.
"Dulu itu hanya keluarga tertentu, maksudnya satu keluarga anggota tertentu, enggak umum. Nah, sekarang menjadi kebiasaan yang umum, difestivalkan, menjadi tradisi budaya. Tapi intinya itu bagian dari ritual keagamaan juga sebenarnya," kata Dwi, melansir Kompas.com.
Salah satu bentuk akulturasi budaya itu adalah adanya kuliner Lontong Cap Go Meh yang merupakan perpaduan dari budaya Indonesia dan Tiongkok.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.