“Hal itulah yang menjadikan muslim Palestina bisa terluka,” tambahnya.
Hal berbeda diutarakan oleh Mukti Ali Qusyairi, aktivis LBM PWNU DKI Jakarta yang mengatakan bahwa pemeran Holocaust di Minahasa tersebut wajar saja.
Wajar saja, kata Mukti, asalkan tidak ditarik ke urusan negara tertentu, lebih spesifik Israel.
Bagi Mukti Ali, pemeran di Minahasa itu tidak ada kaitannya dengan konflik panjang Israel-Palestina.
“Saya melihatnya tidak ada kaitannya dengan konflik Palestina-Israel, bahkan umat Islam bisa belajar dari sejarah Holocaust. Tidak ada larangan dalam Islam mempelajari segala sesuatu, termasuk sejarah holocaust,” paparnya kepada KOMPAS TV lewat pesan suara, Kamis (3/2).
Alumnus Universitas Al-Azhar itu lantas menegaskan, segala upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sejarah dan pengetahuan mengenai kejahatan terhadap kemanusiaan adalah baik.
“Dan apabila ada yang anti dengan Holocaust sebagai salah satu contoh kejahatan kemanusiaan, maka artinya yang bersangkutan bukan pro-kemanusiaan melainkan anti Yahudi dan ini terjebak pada sikap rasisme,” tutupnya.
Baca Juga: Minta Museum Holocaust Disetop, MUI: Bukan karena Agama Yahudi, tapi Sikap Israel ke Palestina
Berbeda dengan Mukti Ali, Sudarnoto mengatakan bahwa museum Holocaust justru berpengaruh bagi muslim Indonesia.
“Komunitas Yahudi sebaiknya harus ikut menjaga sensitivitas keberagaman yang ada. Penting sekali untuk bisa jaga perasaan masyarakat kita jangan sampai justru menimbulkan masalah,” tambahnya.
Makanya, MUI meminta museum tersebut ditutup karena ditakutkan akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
MUI juga meminta masyarakat agar tetap tenang, seraya terus berkoordinasi dengan pihak terkait, dan mengaku sudah mengirimkan tim untuk dialog dengan komunitas Yahudi dan pemerintah daerah di Minahasa.
"Saya mengimbau tidak perlu berlebihan reaksi terhadap isu museum Holocaust ini. Komunitas Yahudi juga tidak perlu bereaksi keras. Masyarakat tetap tenang, serahkan saja pada pihak berwajib," tutupnya.
Monique dari organisasi edukasi Yahudi justru membantah klaim dari MUI bahwa hal ini dapat menganggu masyarakat.
“Indonesia juga tunduk pada resolusi PBB tersebut sehingga pernyataan MUI dan PKS itu bisa masuk kategori penyangkalan Holocaust,” tutupnya.
Baca Juga: Museum Holocaust AS: Penindasan China Terhadap Muslim Uyghur Makin Meningkat
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.