"Tolong dicermati ini, gejala yang khas (infeksi Omicron) memang sedikit mirip dengan flu. Tapi, flu itu jarang (menyebabkan) nyeri tenggorok dan tenggorokan gatal," terang Erlina.
Lebih lanjut, Erlina menambahkan, flu yang menyerang orang Indonesia itu biasanya berupa pilek disertai batuk.
Baca Juga: Kasus Omicron Meningkat, KPAI Minta Pemerintah Evaluasi Pelaksanaan PTM 100 Persen
Erlina mengungkapkan, infeksi virus Corona varian Omicron juga dapat terjadi di bronkus dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi daripada di paru-paru.
Hal tersebut terbukti lewat studi HKUMed Hong Kong, yang menghasilkan nilai TCID50 Omicron di kedua bagian dalam saluran pernapasan itu dan dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya.
Adapun, TCID50 sendiri merupakan media tissue culture infectious dose yang menandakan titer atau banyaknya virus dalam sebuah jaringan.
Lantas, hasil studi tersebut menunjukkan, varian Omicron di bronkus memiliki laju infeksi dan replikasi 70 kali lebih tinggi, baik dari varian Delta maupun yang awal.
Namun, hal berbeda justru terjadi di paru-paru, yang mana ternyata laju infeksi dan replikasi varian Omicron 10 kali lebih rendah dari varian-varian pendahulunya.
"Jadi, (Omicron) lebih banyak bereplikasi dan berkembangbiaknya hingga menyebabkan peradangan di bronkus, dibandingkan varian Delta atau varian dari Wuhan," ujar Erlina.
Kondisi tersebut yang kemudian menjadi perhatian bersama, mengingat bronkus adalah percabangan batang tenggorokan dan berfungsi memastikan udara masuk dengan baik ke paru-paru.
"Inilah kenapa gejala-gejala dari infeksi Omicron itu banyaknya adalah yang berurusan dengan saluran napas," tandas Erlina.
Sumber : Kompas TV/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.