Tembakau sintesis sendiri bukanlah ganja. Hanya saja, pembuat tembakau sintetis meniru efek dari ganja alami.
Namun, efek THC (kandungan pada ganja) pada tembakau sintetis memiliki efek yang lebih kuat ketimbang THC pada ganja alami.
Tembakau sintetis dikategorikan dalam jenis narkotika golongan 1 yang hanya boleh digunakan sebagai penelitian saja.
Tembakau ini dirancang oleh John William Huffman sekitar 20 tahun yang lalu untuk digunakan sebagai penelitian.
Huffman menyelidiki efek ganja sintetis ini kepada hewan dan tidak dikeluarkan sebagai konsumsi manusia karena efeknya yang sangat kuat. Hingga pada 2008, karyanya dipublikasikan.
Namun, ganja sintetis yang kemudian disebut JWH-018 muncul di laboratorium forensic Jerman hingga menyebar ke banyak orang yang penasaran ingin menjajal kebolehan tembakau ini.
Sayangnya, tembakau sintetis ini dianggap sebagai ganja varian baru dan banyak orang yang kemudian menyalahgunakannya. Harganya yang lebih murah menjadi daya tarik ganja sintetis ini.
Baca Juga: Awas! Merokok Saat Berkendara Bisa Kena Tilang Polisi, Didenda Rp750.000
Kemampuan kandungan kimia yang ada di tembakau sintetis ini dapat menyebabkan efek euphoria bagi penggunanya. Hal ini karena kandungan THC yang mengikat sistem reseptor CB1 di dalam otak.
Dengan dosis yang terbilang rendah, efek tembakau sintetis yang dirasakan sangat kuat dan menimbilkan beberapa efek samping, seperti:
Selain itu, dari segi psikis, tembakau sintetis dapat menyebabkan:
Baca Juga: Ditangkap Polisi, Cuitan Lama Fico Fachriza Pernah Beli Narkoba Rp 1,77 Miliar Disorot
Penyalahgunaan terhadap tembakau sintetis juga dapat berakibat fatal bagi tubuh. Pengguna dapat mengalami sesak napas, serangan jantung, stroke, gagal jantung akut, darah tinggi, hingga kematian.
Sumber : Kompas TV/ashefagriyapustaka.co.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.