JAKARTA, KOMPAS.TV - Androgen Insensitivity Syndrome (AIS) adalah kelainan genetik yang memengaruhi perkembangan jenis kelamin dan organ reproduksi.
Sindrom tersebut membuat tubuh tidak dapat merespon testosteron dan androgen lainnya dengan tepat, sehingga bayi laki-laki terlahir dengan jenis kelamin ganda atau jenis kelamin perempuan.
Secara historis, Androgen Insensitivity Syndrome dikenal sebagai sindrom feminisasi testis. Penderita AIS tetap dapat hidup dengan sehat dan normal, namun tidak dapat memiliki keturunan.
Penyebabnya, bisa karena penurunan kromsom seks dari orang tua.
Normalnya, orang tua menurunkan 2 jenis kromosom seks yaitu X dan Y. Bayi perempuan memiliki kromosom XX dan laki-laki memiliki kromosom XY.
Berdasarkan NHS, yang juga dilansir dari Kompas.com, Selasa (27/12/2021), AIS dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: Complete Androgen Insensitivity Syndrome (CAIS) dan Partial Androgen Insensitivity Syndrome (PAIS).
PAIS umumnya terlihat saat lahir karena organ kelaminnya akan tampak berbeda, sedangkan CAIS sering tidak terdiagnosis sampai pubertas.
Masih melansir NHS, pada AIS, bayi laki-laki terlahir dengan kelainan genetik dari ibu yang mengganggu respon tubuh anak terhadap hormon testosteron yang berkaitan dengan pertumbuhan penis.
Oleh karena itu, kondisi ini memungkinkan organ kelamin anak berkembang sebagai perpaduan perempuan dan laki-laki, meskipun organ dalamnya tetap sebagai laki-laki.
Baca Juga: Bahaya Penyakit Kanker Payudara | BINCANG KITA
Menurut Verywell, gejala AIS tergantung pada jenisnya, seperti:
Untuk gejala CAIS diantaranya, dilahirkan dengan alat kelamin perempuan yang tampak normal, tidak mengalami menstruasi saat pubertas karena tidak memiliki rahim, serta tidak memiliki rambut kemaluan atau ketiak karena pertumbuhan ini dikendalikan oleh testosteron.
Sumber : Kompas.com/Verywell
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.