Gus Yahya pun memaparkan sejarah perumusan khitah Nahdlatul Ulama.
Pertama pada tahun 1979, di Forum Muktamar ke-26 NU.
"Ada keputusan kembali ke khitah NU. Diartikan sebagai, prosesi withdrawl atau penarikan diri NU dari politik praktis."
"Perlu digarisbawahi, politik praktis. Bukan politik, titik!" tegasnya.
Dijelaskannya, politik praktis yang dimaksudnya adalah kompetisi politik di pemilu, pemilihan pejabat dan seterusnya.
Baca Juga: Wawancara Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (Bag-2): NU Tidak Boleh Dibawa ke Politik Praktis
Pada saat itu, NU menarik diri dalam politik praktis, karena NU tidak lagi bisa beroperasi sebagai partai, sudah difusikan di PPP.
"NU harus kembali jadi organisasi sosial keagamaan."
Kemudian, pada tahun 1989 dibuatlah keputusan muktamar tentang panduan berpolitik NU. Kalau PBNU tidak boleh ikut-ikutan berpolitik. Kalau warga NU boleh dan bebas berpolitik asal bertanggung jawab.
Selanjutnya, Khittah Nahdliyah pada Muktamar NU 1984. Dalam Khittah Nahdliyah tersebut diuraikan prinsip dasar perjuangan atau disebut khittah NU.
Selanjutnya pada tahun 1989, Muktamar NU merumuskan panduan berpolitik NU. Dalam panduan tersebut, PBNU tidak boleh ikut-ikutan.
"Kalau warga NU boleh dan bebas berpolitik asal bertanggung jawab," kata Gus Yahya.
"Itu lama sudah diputuskan (khitah tidak berpolitik praktis). Cuma orang banyak lupa, termasuk warga nahdliyin," ucapnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.