Kompas TV nasional sosial

Janji Jokowi soal Lokasi Ibu Kota Baru Bebas Banjir dan Ancaman Tsunami hingga Gempa Bumi

Kompas.tv - 22 Desember 2021, 17:35 WIB
janji-jokowi-soal-lokasi-ibu-kota-baru-bebas-banjir-dan-ancaman-tsunami-hingga-gempa-bumi
Presiden Jokowi pernah mengatakan ibu kota baru akan bebas banjir. Namun, ada ancaman tsunami, gempa dan banjir yang menghadang pemindahan ibu kota negara (IKN). (Sumber: YouTube Sekretariat Presiden)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Desy Afrianti

KUKAR, KOMPAS.TV - Presiden Jokowi (Joko Widodo) memiliki rencana memindahkan ibu kota negara (IKN) ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Jokowi mengatakan, ibu kota baru ini akan bebas banjir dan macet, berbeda dari Jakarta.

Hal ini tak lepas dari bayangan ibu kota baru yang dibangun dengan konsep keberlanjutan, termasuk menggunakan energi terbarukan.

Jokowi pernah mengatakan, transportasi massal tanpa bahan bakar fosil akan menggerakkan aktivitas di Penajam Paser Utara itu.

"Banyak orang jalan kaki, banyak orang bersepeda. Enggak ada banjir, enggak ada macet,” kata Jokowi saat membuka acara pencanangan sensus penduduk di Istana Negara, Jakarta pada 24 Januari 2020, dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Anggota DPR Soroti Ancaman Banjir di Lokasi Ibu Kota Baru Akibat Kerusakan Lahan

Ucapan soal ini pun kembali dilontarkan saat Presiden Jokowi menjadi pembicara kunci dalam acara Indonesia Digital Economy Summit di Jakarta pada 27 Februari 2020.

"Ibu kota yang hijau. Tidak banjir dan tidak macet," kata Jokowi.

Kenyataannya, sebelum pembangunan ibu kota baru selesai, banjir sudah melanda Kabupaten Penajam Paser Utara.

Pada 18 Desember 2021, sekurangnya 101 rumah di dua desa dan 1 kelurahan diterjang banjir.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Penajam Paser Utara Nurlaila menjelaskan, banjir berlangsung sejak 17 Desember 2021.

"Banjir terjadi akibat hujan pada pukul 14.00 WITA yang bersamaan dengan pasang tinggi air laut mulai pukul 16.00-18.00 WITA," kata Nurlaila, dikutip dari Antara.

Nurlaila menyalahkan banjir pada hujan dan pasang air laut. Ia mengatakan, air sungai meluap sehingga berdampak pada naiknya tinggi muka air dan masuk ke rumah warga. 

Luapan air sungai terutama berdampak pada warga yang bermukim di dekat bantaran sungai atau dekat saluran air yang meluap.

"Seperti di Kelurahan Sepaku terdapat jembatan penghubung antara RT 07 dan RT 04 mengalami longsor sebagian, sehingga mengakibatkan aktivitas warga terganggu," ujar Nurlaila.

Namun, sejak 2019, Walhi, Forest Watch Indonesia (FWI) dan Trend Asia telah menyoroti ancaman berbagai bencana di lokasi calon ibu kota.

Ketua Bidang Mitigasi Bencana Persatuan Insinyur Indonesia Widjo Kongko mengatakan, Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara rentan menghadapi tsunami dan gempa.

Baca Juga: Ibu Kota Negara Pindah pada Semester I 2024, Bapennas Beberkan Langkah-Langkah Pemerintah

Hal ini akibat Smong Megathrust Sulawesi Utara yang dapat mengundang tsunami kecil-sedang. Selain itu, smong nontektonik juga dapat menyebabkan longsor di lokasi ibu kota baru.

“Berdasarkan kajian hipotesis, potensi risiko dari gempa dan tsunami merupakan dampak dari wilayah lain, seperti dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan,” kata Widjo Kongko, dilansir dari laporan “Ibu Kota Baru untuk Siapa?”.

Banjir juga bukan hal aneh di lokasi calon ibu kota negara. Menurut Walhi, telah terjadi penggundulan hutan di hulu dan sedimentasi sungai akibat pertambangan.

Penampakan salah satu tambang batu bara di sekitar Bendungan Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. (Sumber: Dok. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur)

Analisis FWI pada 2018 juga menyatakan Indeks Bahaya Banjir mencapai 0,75 dan Indeks Kerentanan Banjir di pesisir Kalimantan Timur di kisaran 0,25-0,75.

Itu artinya, sebagian besar hulu Teluk Balikpapan, termasuk di lokasi calon ibu kota negara berada dalam zona bahaya banjir.

Sebab itu, Walhi mewanti-wanti agar pembangunan tidak dilakukan di atas ekosistem mangrove yang mampu menahan banjir dan gelombang pasang.

Deputi Bidang Pengembangan Regional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rudy Soeprihadi Prawiradinata menyangkal lokasi ibu kota baru rawan banjir.

"Yang banjir itu nggak ada. Memang ada, tapi beda lokasi. Di Penajam Paser Utara, tapi bukan di IKN," kata Rudy pada 24 Februari 2020.

"Kami sudah tahu mana yang banjir, 100 tahun pun kita sudah hitung. Kita sudah identifikasi calon-calon lokasi potensial itu semua aman. Kita pakai multi kriteria analisis," ujarnya.

Baca Juga: Jokowi Minta Menteri dan Gubernur Siapkan 100 Ribu SDM untuk Kawasan Industrial Kalimantan Utara




Sumber : Kompas.com/Antara




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x