"Hasilnya cukup baik, terjadi peningkatakan yang signifikan dari penyuntikan vaksin booster Sinovac," ungkap Erwin soal penelitian pihak Sinovac.
Sebelumnya, telah diberitakan bahwa pemberian booster vaksin Covid-19 dapat dilakukan setelah cakupan vaksinasi lengkap dua dosis telah mencapai lebih dari 50 persen dari sasarannya.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat rapat bersama Komisi IX DPR RI, Senin (8/11/2021).
Akan tetapi, Budi menuturkan, isu vaksin booster masih menjadi persoalan yang sensitif di dunia hingga detik ini.
Sebab, masih banyak penduduk di Afrika yang masih belum mendapatkan vaksin Covid-19 di saat beberapa negara maju sudah memberlakukan booster.
Baca Juga: Hati-hati Saat Suntik Immune Booster, Dokter: Konsumen Berhak Tahu Isi Kandungan
Maka dari itu, Budi menjelaskan, Indonesia hanya akan memulai pemberian booster ketika minimal 50 persen penduduknya telah menjalani vaksinasi lengkap dua kali.
"(Karena) semua negara yang memulai booster, sudah (mencapai angka) 50 persen dari penduduknya yang disuntik (vaksin Covid-19) dua kali," ujarnya.
Adapun, terkait target Indonesia, Budi memperkirakan bahwa 59 persen penduduk akan sudah menerima dosis kedua vaksin Covid-19 pada Desember nanti.
"Jadi, itu adalah saat yang lebih pas untuk kita memulai pemberian vaksin booster ke depannya," tandas Budi.
Perlu dikeathui pula, pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 akan dilakukan sebanyak satu kali karena menurut media, titer antibodi naik secara signifikan bagi mereka yang sudah mendapatkannya.
Budi menegaskan, prioritas pemberian vaksin booster yang ditanggung pemerintah adalah para lansia yang dinilai berisiko tinggi, serta PBI (Penerima Bantuan Iuran) BPJS Kesehatan.
Lebih lanjut, Budi menegaskan, masyarakat yang termasuk kategori vaksinasi booster berbayar bisa memilih jenis vaksin yang mau disuntikkan kepadanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.