“Dari yang tadinya hanya menjadi konsumen, dalam arti Indonesia menjadi salah satu pasar otomotif terbesar di Asia,” tuturnya.
Selama ini, kata Adi, dana pembelian sepeda motor dari Indonesia bisa digunakan oleh tim balap Honda dan Yamaha untuk bersaing di Moto GP.
Dengan keberadaan Sirkuit Mandalika, Indonesia tidak hanya menjadi konsumen tapi juga menjadi tuan rumah atau penyelenggara event balap motor dan mungkin balap mobil di level dunia.
Dia mengatakan, tentu ada pekerjaan rumah yang besar. Bukan hanya menyiapkan arena atau sirkuit, tetapi kelengkapannya.
Baca Juga: Tak Bahas Insiden “Unboxing”, Ducati Kirim Pesan Cinta dan Sebut Tak Sabar Jajal Sirkuit Mandalika
“Jadi infrastrukturnya, akomodasi, kemudian pelayanannya.”
“Jadi SDM yang melaksanakan segala macam kelengkapan di sirkuit juga harus dilengkapi dengan profesionalisme dan etika. Sehingga problem-problem yang tadi disinggung tidak akan terjadi lagi,” tambahnya.
Mengenai SDM Indonesia di bidang balap motor, Adi berpendapat harus ada proses adaptasi yang cepat.
Sebab, Indonesia relatif jarang menyelenggarakan event otomotif kelas dunia. Penyelenggaraan event internasional terakhir adalah balap mobil di Sentul sebelum tahun 2015.
“Bagi saya, harus ada proses adaptasi yang cepat, karena Sirkuit Mandalika dari segi infrastruktur sangat ideal. Artinya 17 tikungan itu kalau dari wawancara dengan Bung Rifat Sungkar sebagai pembalap dan pernah merasakan Sirkuit Mandalika itu sangat ideal, karena ada tikungan berdiri, lambat, menengah, dan cepat.”
Dengan lintasan Sirkuit Mandalika yang sangat ideal, termasuk pengaspalan yang sudah sangat bagus, bisa menarik pembalap dari Asia, Eropa, bahkan Amerika.
Pembalap dari sisi selatan Indonesia, seperti Australia dan Selandia Baru, juga diharapkan akan banyak tampil di Mandalika.
“Artinya prospek dari keberadaan sirkuit sudah sangat ideal. Tapi, SDM yang mengiringi harus disiapkan dalam proses adaptasi yang cepat.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.