Indri menambahkan, vaksinasi HPV juga akan digencarkan di luar sekolah formal, memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti posyandu dan puskesmas.
Vaksinasi dan deteksi dini disebut efektif menekan angka kematian akibat kanker serviks. Pasalnya, kanker jenis ini sulit ditangani ketika sudah mencapai stadium lanjut.
“Kanker serviks dikenal sebagai silent killer bagi kaum perempuan karena inkubasi HPV tidak menunjukkan gejala apa pun dan butuh waktu lama, bahkan dapat lebih dari sepuluh tahun untuk berkembang menjadi kanker serviks,” dokter spesialis obstetri ginekologi, Andi Dharma Putra dalam webinar pada Sabtu (6/11/2021).
Baca Juga: Para Perempuan, Yuk Cegah Kanker Serviks dari Sekarang!
“Terlebih, usia produktif merupakan usia yang rentan terinfeksi oleh virus HPV,” imbuh Andi.
Ia pun meminta masyarakat, terutama perempuan usia produktif, untuk lebih aktif mengakses informasi tentang kanker serviks.
Lebih lanjut, vaksinasi HPV sudah diperluas di 11 kabupaten/kota setelah mulanya menjadi program percontohan di DKI Jakarta.
Pandemi Covid-19 pun tidak menjadi alasan untuk menunda perluasan vaksinasi HPV. Program imunisasi tetap bisa dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
“Diperlukan strategi dan dukungan lintas sektor untuk meningkatkan cakupan imunisasi rutin termasuk BIAS HPV pada masa pandemi Covid-19,” kata Indri.
Kemenkes sendiri berencana mempercepat perluasan imunisasi HPV hingga berskala nasional per 2023.
Baca Juga: Seperti Apa Gejala dan Penanganan Kanker Serviks?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.