JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer mengatakan bahwa garong di sekeliling Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah peka sosial.
Demikian Immanuel Ebenezer mengkritisi bisnis harga tes polymerase chain reaction (PCR) yang yang dilakukan orang-orang di lingkaran Jokowi.
“Problemnya garong-garong, maling-maling di sekeliling Jokowi ini tidak pernah peka sosial. Saya nggak mau pakai kata indikasi, saya bilang garong, maling,” ujar Immanuel pada Kamis (4/11/2021)
“Kalau mereka tidak suka tinggal laporin, yang namanya Immanuel Ebenezer itu selalu mengkritik dengan kata garong dan maling. Kalau merasa dirugikan laporkan saja, penjarakan saya, nggak susah kok, ini negara hukum,” sambungnya.
Dalam pernyataannya di Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Immanuel pun memastikan bahwa praktik bisnis PCR itu terjadi. Immanuel tegas tidak ingin menggunakan diksi dugaan dalam pernyataannya soal bisnis PCR.
Baca Juga: Jokowi Mania: PT GSI Sudah 7 Kali Ubah Akta untuk Samarkan Bisnis PCR
“Saya nggak mau pakai kata dugaan, saya bertanggung jawab atas apa yang saya sampaikan,” tegas Immanuel.
“Kenapa kami tidak memakai kata dugaan atau indikasi, orang sudah pasti kok. Kan saya bertanggung jawab. Kalau mereka tidak suka, mereka laporkan saya bisa dipidana.”
Immanuel mengutarakan hiruk pikuk soal biaya tes PCR terjadi ketika pihaknya menggugat Instruksi Menteri No 53 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level 2, dan Level 1 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali.
“Instruksi menteri ini bertentangan dengan Undang-Undang 1945 Pasal 23 ayat A yang berkaitan dengan anggaran yang bersifat memaksa itu harus melalui undang-undang,” ujarnya.
“Dan ini sudah banyak pelanggarannya.”
Bagi Immanuel, akan sangat berbahaya bagi Jokowi ketika di sekelilingnya mencoba mencari kesempatan atau cuan (keuntungan -red) di tengah penderitaan rakyat.
“Ini bahaya sekali,” tegas Immanuel.
Immanuel lebih lanjut juga menyoroti soal PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) yang mengklaim tidak mencari keuntungan dalam tes PCR.
Berdasarkan hasil temuan, Immanuel mengungkapkan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) sejak 2000 hingga 2021 sudah 7 kali melakukan perubahan akta.
“Dari mana tidak mencari keuntungannya (GSI), kita sudah menemukan data dari tahun 2000 sampai 2021, GSI itu sudah 2 kali perubahan akta,” ucap Immnuel.
Baca Juga: Blak-blakan! Immanuel Berani Pastikan Lingkaran Jokowi Ada yang Terlibat Bisnis PCR
“Artinya mereka coba menyamarkan bisnis mereka di dalam PCR ini, artinya republik ini seperti republik gangster lah yang membuat kita malu.”
Dalam negara demokrasi, lanjut Immnuel, seharusnya good governance melakukan transparansi dengan mengungkap berapa angka sesungguhnya tes PCR.
“Ini harga PCR sebetulnya berapa? In ikan tidak diungkap,” katanya.
“Dan kita menemukan terakhir kemarin, harga antigen itu cuma Rp18.000 per stik kok mereka naikin Rp100 ribu, kan kurang ajar mengambil bisnis di tengah penderitaan rakyat ini.”
Immanuel menambahkan, jika pesta di balik mahalnya harga tes PCR dan antigen tidak dihentikan akan sangat berbahaya bagi pemerintahan Jokowi.
“Ini pemeras semua, pemeras. Karena PCR ini lucu dari Rp2 juta, Rp1 juta, kemudian Rp450 Ribu, Rp275, ini kan dilelang harganya, kurang aja,” kata.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.