Berdasarkan hasil temuan, Immanuel mengungkapkan, PT GSI sejak 2000 hingga 2021 sudah 7 kali melakukan perubahan akta.
“Dari mana tidak mencari keuntungannya (GSI), kita sudah menemukan data dari tahun 2000 sampai 2021, GSI itu sudah 7 kali perubahan akta,” ucap Immnuel.
“Artinya mereka coba menyamarkan bisnis mereka di dalam PCR ini, artinya republik ini seperti republik gangster lah yang membuat kita malu.”
Dalam negara demokrasi, lanjut Immnuel, seharusnya good governance melakukan transparansi dengan mengungkap berapa angka sesungguhnya tes PCR.
“Ini harga PCR sebetulnya berapa? In ikan tidak diungkap,” katanya.
Baca Juga: Gonta Ganti Aturan PCR, Pakar: Manajemen Tiktok, Belum Diketik Sudah Diketok
“Dan kita menemukan terakhir kemarin, harga antigen itu cuma Rp18.000 per stik kok mereka naikin Rp100 ribu, kan kurang ajar mengambil bisnis di tengah penderitaan rakyat ini.”
Immanuel menambahkan, jika pesta di balik mahalnya harga tes PCR dan antigen tidak dihentikan, maka akan sangat berbahaya bagi pemerintahan Jokowi.
“Ini pemeras semua, pemeras. Karena PCR ini lucu dari Rp2 juta, Rp1 juta, kemudian Rp450 Ribu, Rp275, ini kan dilelang harganya, kurang aja,” kata.
Perihal ini, Immanuel mengklaim, Presiden Jokowi sependapat dengannya perihal bisnis di balik mahalnya biaya tes PCR dan Antigen. Sebab, Presiden Jokowi, kata Immanuel, selalu berpihak pada penderitaan rakyat.
“Problemnya garong-garong, maling-maling di sekeliling Jokowi ini tidak pernah peka sosial. Saya ngga mau pakai kata indikasi, saya bilang garong, maling,” ujar Immanuel.
“Kalau mereka tidak suka tinggal laporin, yang namanya Immanuel Ebenezer itu selalu mengkritik dengan kata garong dan maling. Kalau merasa dirugikan laporkan saja, penjarakan saya, nggak susah kok, ini negara hukum,”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.