Jadwal kerja yang sibuk sering kali membuat orang melewatkan sarapan atau makan siang yang layak. Karena tekanan waktu banyak yang 'makan sambil lari'. Banyak orang sekarang makan di luar dan cukup sering mereka pergi ke restoran cepat saji yang tidak selalu menawarkan makanan bergizi.
Kehidupan keluarga
Suami, istri dan anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu bersama. Banyak perempuan yang bekerja menghadapi ketidaksesuaian antara perannya, di kota-kota besar, sebagai ibu dan sebagai karyawan.
Iklan menawarkan produk yang lebih menarik yang mengakibatkan tuntutan ekonomi yang lebih untuk memenuhi kebutuhan anak-anak.
Beberapa gaya hidup tersebut kemudian berpengaruh pada tingkat stres orang-orang yang hidup di kota besar dan efeknya berpengaruh pada fisik dan psikologis.
Baca Juga: Anda Stres? Usir dengan 7 Olahraga Ini
Ketika suatu situasi atau peristiwa dipersepsikan oleh individu sebagai pemicu stres, maka akan terjadi reaksi psikofisiologis yang dikenal dengan respon stres.
Ketika respons stres ditimbulkan terlalu intens atau terlalu sering dan individu tidak dapat menemukan jalan keluar yang sesuai, hasilnya adalah penderitaan individu. Manifestasi dari distres ini dapat berupa perilaku, psikologis atau medis.
Dalam hal fisik stres dapat berpengaruh pada jantung berdetak lebih cepat, meningkat, keringat, bibir kering, perut mual.
Sementara stres pada psikologis menimbulkan perasaan tegang, cemas, tidak bisa berkonsentrasi, ingin ke toilet, ingin meninggalkan situasi stres.
Jika seseorang mengalami gairah intens yang sering atau berkepanjangan, konsekuensi dari penderitaan individu ini dapat berupa salah satu dari berikut: penyakit jantung, sakit punggung, stroke, tekanan darah tinggi, depresi, gangguan tidur.
Baca Juga: Jangan Sepelekan 5 Tanda Anak Alami Stres kala Pandemi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.